Menurut dr Judi Januadi Endjun, SpOG, Subbagian Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi RSPAD Gatot Subroto, pemilihan jenis kelamin bagi anak yang akan datang masih sulit untuk berhasil 100 persen karena teknologinya masih mahal.
Cara sederhana adalah dengan mencuci sperma untuk memisahkan sperma X dan Y, setelah terpisah, dilakukan inseminasi buatan.
Proses inseminasi sendiri keberhasilannya untuk mendapatkan bayi hanya 40 persen, dan biayanya tidak murah.
Bila memakai teknologi bayi tabung, maka keberhasilan untuk mendapatkan bayi hanya sekitar 30 persen dan biayanya juga lebih mahal daripada inseminasi.
Pemisahan sperma dilakukan dengan cara memutarkan (sentrifus) cairan sperma agar sperma X dan Y terpisah. Setelah terpisah, lapisan cairan yang mengandung sperma Y diambil kemudian dimasukkan ke dalam larutan khusus (larutan buatan) untuk tempat hidup sperma.
Selanjutnya larutan yang mengandung sperma Y tersebut dimasukkan ke dalam rongga rahim dengan kateter khusus pada saat diperkirakan masa subur. Bila terjadi kehamilan, maka dua minggu pasca inseminasi akan didapatkan hasil uji kehamilan positif.
Bila memakai teknologi bayi tabung, maka sperma Y langsung dimasukkan ke dalam cawan yang berisi sel telur untuk dibuahi. Setelah terjadi pembuahan, maka calon embrio tersebut akan ditransfer ke rongga rahim dengan kateter khusus. Bila berhasil, maka dua minggu kemudian akan positif hamil.
Sebagai persiapan, sebaiknya Anda mulai mengonsumsi tablet asam folat tiga bulan sebelum hamil untuk mencegah cacat tabung saraf. Secara pribadi, Judi mengaku tidak memprogram jenis kelamin bagi anak-anaknya karena ia berserah diri dan berdoa mohon diberikan anak yang sehat, normal, dan kalau boleh anak wanita. Anda pun bisa melakukan hal yang sama untuk memohon anak lelaki.