Gigi goyang biasa dialami anak-anak yang gigi susunya akan lepas. Meski demikian, bukan berarti orang dewasa tidak bisa mengalami gigi goyang. Kondisi tersebut bisa dialami di usia dewasa, namun dengan sebab berbeda. Menurut drg Agung Krismariono MKes SpPerio, gigi goyang berawal dari penyakit gusi. Penyebab utama penyakit gusi adalah bakteri. ‘Bakteri tersebut menempel di permukaan gigi atau disebut plak,’ jelas spesialis periodontologi itu.
Plak terdiri atas berbagai macam mikroorganisme, di antaranya bakteri dan jamur. Sejatinya, kata Agung, mikroorganisme tersebut merupakan flora normal yang diperlukan untuk menjaga kesehatan rongga mulut. Tetapi, jika terjadi gangguan keseimbangan antar-mikroorganisme itu, jumlahnya meningkat. ‘Jadi, yang semula merupakan flora normal dapat berubah patogen atau merusak,’ imbuh staf pengajar FKG Unair tersebut. Namun, kondisi itu juga bergantung pada daya tahan tubuh setiap individu. Jika daya tahan tubuh baik, umumnya bakteri tidak mengakibatkan kerusakan. Sebaliknya, apabila daya tahan tubuh menurun, bakteri mengakibatkan peradangan pada permukaan gusi (gingivitis).
Jika kondisi tersebut dibiarkan, diperparah dengan kurangnya menjaga kebersihan mulut, tanpa disadari radang gusi dapat berlanjut menjadi gigi goyang (periodontitis). ‘Itu bahayanya. Sebab, penyakit gingivitis dan periodontitis umumnya tidak menimbulkan keluhan sakit seperti gigi berlubang,’ terang Agung. Gigi goyang akan menyebabkan terjadinya perubahan posisi gigi. ‘Gigi menjadi jadi mrongos atau modot,’ ujarnya. Jika hal tersebut dibiarkan terus-menerus, gigi bisa lepas dengan sendirinya.
Selain itu, ada juga beberapa gejala gusi goyang. Misalnya, gusi mudah berdarah, terutama ketika sikat gigi; warna gusi memerah atau merah kebiruan; dan terjadi pembengkakan gusi atau pengerutan gusi. Tidak hanya gigi goyang, jika bakteri terus dibiarkan, ia akan mengumpul pada celah gusi dan dapat menimbulkan berbagai penyakit. Di antaranya adalah infeksi jantung, paru, ginjal, pankreas, serta otak. ‘Hal itu akibat adanya toksin bakteri yang masuk ke dalam pembuluh darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh,’ papar ketua Ikatan Periodonsia Indonesia Komisariat Surabaya tersebut.
Pada kondisi kebersihan mulut yang baik, memang ada sebagian kecil bakteri yang masuk dalam peredaran darah. Namun, hal itu tidak membahayakan. Tapi, jika tingkat kebersihan mulut jelek, jumlah bakteri yang melekat pada permukaan gigi bisa meningkat 2-10 kali lipat. Dengan demikian, jumlah bakteri yang masuk dalam peredaran darah juga meningkat. Ada dua macam tipe periodontitis. Yakni, periodontitis kronis dan agresif. Periodontitis kronis ditemukan pada usia 35 tahun ke atas. Penyebabnya adalah kebersihan rongga mulut jelek sehingga banyak plak dan karang gigi yang menempel pada permukaan gigi. Periodontitis agresif umumnya ditemukan pada usia sebelum 30 tahun. ‘Hal itu disebabkan adanya gangguan daya tahan tubuh,’ tuturnya