Ia juga mengerti benar bahwa sebuah usaha harus memiliki ciri atau kekhasan. Kekhasan rasa “Bakso Kepala Sapi” terletak pada sumber bahan dasar bakso dan kuah yang dipakai, yakni kaldu kepala Sapi.
Prediksi kalau bisnis baksonya akan berhasil menjadi kenyataan. Sejak awal pendirian, pundi-pundi keuntungan terus didapatnya. Satu hal yang membuatnya berbeda dari tukang bakso lain adalah moto yang terpampang dalam spanduk Bakso Kepala Sapi (BKS): “Jangan Mengkhayal! Kalau Berani Ambil Rasanya!!”
Dengan tulisan yang sangat eye catching ini, Anggara ingin meyakinkan kepada para pengunjung, untuk tidak sekedar `meraba-raba’ rasa BKS. ” Sebaliknya datang dan temukan perbedaan rasa BKS racikan saya dengan bakso lainnya” papar Anggara penuh percaya diri.
Anugerah Bakso Kaki Lima
SUKSES ANGGARA KASIH Nugroho Jati dimulai dengan membuka usaha kuliner Bakso Kepala Sapi, usaha yang dimulai dari perkenalannya dengan pedagang bakso kaki lima, Suharto.
Tertarik dengan keunikan rasa bakso kepala sapi yang dikatakan rendah kolesterol, mahasiawa Institut Teknologi Surabaya ini kemudian menjalin kerjasama dan membuat sistem waralaba yang menjadikan usahanya berkembang pesat di wilayah Jawa Timur dan Bogor – Jawa Barat. Berikut petikan hasil wawancara dengan jutawan muda tersebut.
Q: Nama Anda sangat panjang, apa artinya?
A: Anggara Kasih mengandung arti saya lahir di hari Selasa Kliwon. Nugroho artinya yang penuh anugerah, dan Jati mengandung arti agar saya kuat seperti pohon jati.
Q: Mengapa memilih usaha bakso dengan nama bakso kepala sapi?
A: Brand bakso kepala sapi itu dibuat supaya eye catching (menarik perhatian) saja, membuat orang penasaran untuk datang ke counter dan ingin merasakan produk kami. Kemudian diharapkan setelah merasakan dan mendapatkan taste yang berbeda dari bakso kami, mereka datang kembali. Intinya hanya untuk menarik pelanggan saja.
Q: Memangnya Anda hobi makan bakso? Hobi makan juga?
A: Tidak, saya tidak suka makan bakso. Saya tidak bisa membuat bakso, tidak hobi memakan bakso, justru saya lebih suka makan mi ayam. Saya membuka usaha bakso karena saya perhatikan, biasanya penggemar mi ayam itu mayoritas kaum lelaki. Masalahnya, jumlah lelaki lebih sedikit dari kaum perempuan.
Padahal kaum perempuan itu biasanya hobi makan bakso. Dengan demikian, perputaran cashflow-nya lebih cepat karena kebanyakan kaum ibulah yang memegang uang, kaum pria hanya mencari. Selain itu juga karena orang Indonesia gemar makan bakso. Kalau makan sih saya suka, tapi saya lebih suka memilih makanan dari segi kuantitasnya, bukan kualitasnya. Yang penting porsinya banyak.
Q: Tadi telah disebutkan bahwa bakso kepala sapi itu hanya sebagai eye catching. Apakah tidak ada unsur kepala sapi sama sekali?
A: Pertama kali maksudnya memang hanya untuk branding saja. Tetapi, belakangan ini kami telah menambahkan kepala sapinya secara langsung sebagai bahan bakso. Mulai dari daging di sekitar pipi dan daging-daging lunak yang berada dalam kepala sapi untuk campuran pembuatan bakso, juga tulang-tulang lunak dan daging yang berada di kepala sapinya pun digunakan untuk menu bakso kepala sapi spesial.
Q: Di samping membuka usaha bakso, apakah Anda memiliki keinginan lain?
A: Saya mempunyai komitmen, ambiai, dan vidi untuk mengembangkan makanan-makanan tradidional di Indonesia. Setelah bakso, saya ingin makanan seperti nasi goreng, pecel lele, dan makanan tradiaional lainnya, dipasarkan dengan satu konsep pemasaran yang bida go national bahkan go international, setelah diberi sentuhan branding.
Q: Dulu awalnya bagaimana bisa membuka usaha bakso, padahal Anda tidak suka makan bakso?
A: Sewaktu kuliah, saya berkeinginan membuka suatu usaha. Jadi terpaksa saya harus mencari dan mencoba-coba berbagai macam makanan, sampai saya bertemu dengan Pak Suharto yang baksonya selalu laris. Saya terpaksa mencoba berbagai macam bakso untuk dapat melatih taste saya dalam membedakan mana bakso yang enak dan bakso yang tidak enak, dan mana yang konsumen paling suka dan yang tidak suka. Saya juga keliling ke mana-mana mencari tukang bakso. Tapi tetap saja saya tidak suka makan bakso.
Q: Ada tip menjual bakso atau makanan yang enak?
A: kiat terpenting adalah mencari orang yang ahli memasaknya. Seperti ketika saya ingin berbisnis bakso, saya mencoba mencari orang yang ahli dan mahir membuat bakso seperti Bpk Suharto ini. Jadi jika kita ingin berbisnis kuliner, tidak berarti kita harus jago memasak. Cukup merekrut orang-orang yang jago memasak atau koki yang sudah menjadi the best. Maka kita akan dapat membuat suatu produk kuliner yang luar biasa.
Q: Saat ini sudah ada berapa outlet? Dan bagaimana jika ada yang ingin bekerjasama dengan anda?
A: Saat ini saya sudah memiliki sembilan outlet. Dan jika ingin bekerjasama dengan saya, dapat menghubungi saya.
Q: Untuk usaha ini, berapa kira-kira modal awal yang harus disiapkan?
A: Untuk satu paket itu sebesar 40 juta rupiah. Terdiri dari bahan baku awal sebanyak 100 kilogram, freezer kapasitas 620 liter, gerobak bakso dan gerobak es buah, ice crusher, pelatihan karyawan selama satu minggu, dan perlengkapan-perlengkapan lainnya. Yang perlu disiapkan oleh franchise hanyalah SDM, tempat usaha, dan peralatan outlet lainnya.
Q: Dari 40 juta rupiah modal awal yang disetorkan, kira-kira berapa income yang bisa diperoleh?
A: Perhitungan saya, jika dalam satu hari dapat menghasilkan omzet 1,5 juta rupiah, maka frnachise mendapatkan nett income sekitar 6,5 juta setiap bulannya.
****
Setiap outlet, kata lajang yang juga tercatat sebagai mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, tidak kurang menghabiskan sekitar 3-5 kg kepala sapi.
Kepala sapi direbus bersama bumbu-bumbu lainnya supaya menghasilkan cita rasa yang lebili kuat dan bau yang lebih wangi. Karena pakai kepala sapi dan bukan paha sapi seperti kuah bakso pada lazimnya, kuahnya menjadi rendah kolesterol.
Biasanya pada kuah bakso yang lain, lemak selalu menumpuk di atas. Kuah BKS lemak hampir tidak ada. Anda bisa lihat sendiri,”kata Anggara. Karena rendah kolesterol, BKS bisa dikonsumsi oleh mereka yang pantang atau menghindari makanan yang berkolesterol tinggi.
Selain BKS, tersedia pula Bakso Kambing (BK). BK dibuat dari daging kambing pilihan.
Kekhasan dan cita rasa “Bakso Kepala Sapi” cepat merebak, hingga banyak pengusaha lokal berminat bekerjasama dengan Anggara, pria kelahiran Purwokerto, 25 September 1984. Sukses dengan cabang sebelumnya. di Kebonpedes, Bogor, ia kemudian membuka cabang di Mayor Oking, Cibinong. Cabang kedua di Bogor ini dijalankan melalui pola kemitraan investor lokal.
Kesempatan kerjasama tersebut dilakukan agar baksonya bisa lebih dikenal sampai pelosok Bogor, merajai Bogor, bahkan menembus pasar nasional.
Melihat animo masyarakat dalam menikmati baksonya, serta minat pengusaha untuk bekerjasama, Anggara pun seolah mendapal angin segar dalam upaya mengembangkan dan menduplikasi usahanya.
Seperti angannya untuk lebih memperkenalkan “Bakso Kepala Sapi” sampai ke pelosok Bogor, ia pun mengembangkan usahanya dengan cara franchiae.
Menurut dia, cara seperti itu sangat efektif karena merekrut investor untuk permodalan sedangkan dia hanya memborl “brand” usahanya. Jadi, tak harus khawatir usaha akan bangkrut, sebab usahanya dilakukan jaringan.
Karena pakai kepala sapi dan bukan paha sapi seperti kuah bakso pada lazimnya, kuahnya menjadi rendah kolesterol ‘Biasanya pada kuah bakso yang lain, lemak selalu menumpuk di atas. Kuah BKS, lemak hampir tidak ada.
Willy Maryanto adalah investor pertama yang berkerjasama dalam pengembangan “Bakso Kepala Sapi” Cabang Cibinong. Selanjutnya adalah Bambang (Ciawi), Yusuf (Ciomas) dan Ny. Olin (Padjajamn) Semuanya di Bogor.
Perjuangannya untuk menjadi pengusaha muda yang sukses di bisnis bakso dihadapinya tanpa pantang menyerah. “Kalau tidak begitu mungkin saya tidak banyak belajar. Perjuangan sekeras apapun akan saya lakukan untuk mewujudkan impian menjadi pengusaha muda yang sukses. Sepertinya itu akan segera menjadi kenyataan,” ujarnya.
Meski sukses dalam bisnis, ternyata penyuka motor gede ini harus bekerja keras untuk menyelesaikan kuliahnya. Pemuda yang gemar tampil plontos ini ingin segera menyelesaikan kualiahnya karena beberapa alasan.
Pertama, untuk menyenangkan hati orangtuanya, Rachmanto Srie Basuki dan Anie Asmara. Kedua, untuk memenuhi tuntutan calon mertua. Ia juga masih ingin menambah ilmu bisnisnya dan menaruh minat untuk berkecimpung di bisnis properti.
Jika teman-teman mahasiawa ingin menjadi luar biasa, maka lakukanlah hal-hal yang luar biasa. Bertemanlah dengan orang-orang yang luar biasa, karena kita akan menjadi terbiasa dengan semua itu.