Peluang itulah yang ditangkap oleh Henky Eko Sriyantono, seorang pengusaha bakso malang yang sukses. Awalnya, ia agak bingung ketika melihat sebuah kedai bakso yang disesaki pengunjung di bandara internasional Soekarno Hatta. Eko berpikir, berapa harga menyewa tempat di bandara sebesar itu. Jika sang pemilik mampu membayar sewa, artinya bisnis itu sangat menguntungkan. Biaya sewa bisa tertutup oleh keuntungan.
Pemandangan yang bagi Eko mengagumkan ini membuatnya berpikir tentang prospek bisnis bakso. Sebenarnya, dunia bisnis bukan mainan baru baginya. Bisa dibilang, jiwa bisnis sudah merasuk ke dalam dirinya. Berbisnis telah dijalaninya Sejak 1997, saat ia mencoba keberuntungan dalam dinamika dunia ponsel. Tapi, rupanya ponsel bukanlah benda keberuntungannya. Tak putus asa, setahun kemudian ia berganti haluan. Bisnis MLM coba diikutinya. Cukup setahun, tahun berikutnya ia memutuskan terjun ke agrobisnis jahe. Sepertinya, ini juga bukan pilihan tepat. Sejak itu hampir setiap tahun ia berpindah jenis bisnis, mulai dari aksesori berupa tas dan dompet, busana muslim, barang kerajinan, hingga mobil. Tapi belum satu pun ia menemukan produk yang tepat untuk ia geluti.
Semuanya merugi. Sebabnya sangat bermacam-macam. Antara lain produk tertentu tidak tepat menyasar target market tertentu. Tak hanya itu, Eko juga sempat ditipu. Namun, asa belum putus dibenaknya. Mulailah ia terjun bebas di dunia makanan. Pria yang biasa disapa dengan sebutan Cak Eko ini membangun usaha katering rumahan, Namun Gagal. Ia coba membeli waralaba makanan ringan tapi keuntungan yang diimpikan tak kunjung datang. Sempat pula mencoba menjual bandeng tanpa duri. Tetap tak membuahkan hasil.
Sumber Buku: Wirausaha Muda Mandiri