Saptuari Sugiharto: Unik dan Pesona

 Unik dan PesonaSaptu mengakui, edukasi pasar mengenai produk Kedai Digital tidak berlangsung kilat. Edukasi pasar berjalan dengan sendirinya. Pada tahun kedua, nampaknya edukasi pasar mulai melembaga. Hal itu terlihat dari omzet penjualan yang mulai naik. Setelah lewat tahun ketiga, kurva penjualannya lebih tinggi lagi. Itu terjadi setelah meraih penghargaan Wirausaha Muda Mandiri 2007. Waktu itu, ia dan Kedai Digital mulai banyak di-blow up oleh media. Karen, itulah makin banyak orang yang tahu tentang Kedai Digital.


Kedai Digital adalah sistem Business Opportunity (BO), yang relatif berbeda dengan franchise. Melalui BO ini, partner yang mem­buka cabang Kedai Digital dapat berkreasi dan mengembangkan inovasi-inovasi merchandise baru.

Produk-produk unik dari kedainya, menurut Saptu, memang mengedepankan sentuhan pribadi. Bahkan, bisa juga untuk membangun sisi narsis banyak orang. Apalagi Sekarang banyak orang yang berpikir untuk membuat atau memiliki merchandise barang yang unik. Selain lebih personal, dia juga menekankan sisi kreatif. Beragam produk hasil produksi bisa dimanfaatkan untuk perorangan maupun kelompok hingga perusahaan sekalipun. Tak ayal ini menjadi media ekspresi paling gres khususnya bagi para. remaja. Penyebabnya tak lain adalah kemudahan untuk memiliki satu di antara beragam produk yang ditawarkan alias boleh memesan satu saja. Bahkan, setiap orang bisa saja memesan merchandise semaunya, sesuai slogan Kedai Digital, “Bikin Mug 84 Satoe Sadja atau Bikin Merchandise Semau Kamu”.

 

Saptu juga tak mau hanya berhenti di situ. “Kami terus melakukan inovasi. Contohnya foto keramik. Dulu keramik hanya untuk lantai. Sekarang, keramik bisa juga jadi jam dinding dan dicetak foto di atasnya,” kata putra Yogyakarta kelahiran 8 September 1979 ini.

 

Sekarang, produk foto keramik jadi produk favorit. Jadi foto di cetak di atas keramik yang biasanya untuk lantai. Keramik berfoto itu juga bisa dijadikan jam dinding. Kapasitas produksi Kedai Digital sendiri beragam untuk setiap jenis produk. Untuk foto keramik, misalnya, kapasitas produksinya bisa mencapai lebih dari 8.000 per bulan Sedangkan mug mencapai sekitar 15.000 mug per bulan.

Usaha Kedai Digital terus berlanjut. Baru-baru ini misalnyaKedai Digital tahun ini mengenalkan brand baru berupa Kedai Digital Cutting. Bisnis ini lebih spesifik, yaitu berupa pembuatan kaos. Uniknya, konsumen bisa memesan desain dan tulisan sesuai selera meski hanya satu kaos saja. “Di Kedai Cutting siapa pun bisa memesan kaos semaunya. Kata-katanya silakan mau bikin yang lucu atau apa pun. Desainnya pun terserah,” lagi-lagi Saptu menyerahkan keputusan kepada pelanggannya yang kebanyakan anak muda – yang memang banyak maunya.

 

Kedai Digital Cutting ini dalam sekejap mendapat respons luar biasa dari anak-anak muda. Tidak sedikit pasangan anak muda yank membuat kaos dengan tulisan dan warna yang sama. Kemudian dan kebebasan memilih desain, warna, dan tulisan ini rupanya menjadi daya tarik tersendiri. Saptuari juga membuka kesempatan untuk para investor yang ingin memiliki usaha seperti ini dengan sistem kemitraan Business Oportunity (BO). Saptuari berharap, kehadiran konsep bisnis ini anak muda bisa mengekspresikan kreativitasnya di kaos. “Mereka bisa mengekspresikan kreasinya lewat kaos, sehingga bisa diasah,” katanya.

Ide sepertinya tak akan pernah hilang dari benak Saptu. Dengan segala kreativitas dan upaya menjalankan kemitraan dengan baik, tak heran bila Saptuari – lulusan Jurusan Perencanaan Pengembangan Wilayah Fak. Geografi Universitas Gadjah Mada (2001) – dianugerahi Indonesia Small & Medium Business Entrepreuner Award (ISMBEA) pada Agustus 2008.

Saya ingin berpesan, jadilah mahasiswa yang kreatif dan tidak hanyu berpangku tangan. Mulailah berani berwirausaha tanpa harus menunggu diwisuda.

Sumber Buku: Wirausaha Muda Mandiri