Pentingnya Menghitung Break Even Point

Salah satu hal yang sering dilupakan oleh pengusaha baru adalah meng-analisa titik impas. Bahasa lainnya adalah menghitung break even point atau menghitung BEP. Saya akan cerita sedikit. Dulu, waktu saya masih bergerak di usaha distribusi deterjen, yang saya pikirkan pertama adalah bagaimana caranya mendapatkan untung. Pokok’e piye carane ben bathi bahasa Jawa-nya.Kemudian hari demi hari, waktu demi waktu dan bulan demi bulan kami terus berusaha untuk tetap untung, nggak rugi.


Sampai pada sebuah titik dimana kami merasa kelelahan karena untung besar yang kami harap-harapkan kok tidak datang jua. Akhirnya kami berpikiran bahwa usaha kami ini rugi. Padahal, ada satu titik dimana usaha kita ini masih tetap bisa berjalan terus walaupun belum mendapatkan keuntungan. Titik itu dinamakan titik impas, titik dimana usaha kita tidak untung, tapi juga tidak rugi. Di titik inilah anda bisa sedikit bernafas lega. Anda tetap bisa mempertahankan usaha anda untuk terus berjalan, sembari menunggu keuntungan datang menghampiri anda.

Lalu bagaimana caranya menghitung titik impas? Ada 2 cara menghitung titik impas. Satu dengan cara matematis, satunya lagi dengan cara grafik. Yang akan saya bahas sekarang adalah dengan cara matematis saja. BEP dengan cara matematis ini dibagi menjadi 2, yaitu BEP dalam rupiah dan BEP dalam jumlah atau unit.

 

BEP atau titik impas dalam unit.
Rumusnya : BEP = Biaya Tetap : (Harga Jual Per Unit : Biaya Variabel Rata-Rata)
BEP atau titik impas dalam rupiah.
Rumusnya : BEP = Biaya Tetap Total : 1 – (Biaya Variabel Rata-Rata : Harga Jual Per Unit)

 

Biar gampang memahaminya, anda bisa lihat contoh di bawah ini. Tapi sebelumnya, silahkan anda pahami dulu apa itu biaya tetap dan apa itu biaya variabel. Penting bagi anda untuk mengetahui dan memahaminya sebelum anda menghitung BEP. Nggak susah kok, beneran. Saran saya, jangan melanjutkan membaca artikel ini kalau anda belum tahu apa itu biaya variabel dan apa itu biaya tetap. Silahkan klik di sini untuk membacanya. Sekarang masuk ke contoh kasus. Enaknya ambil contoh usaha yang mana? Usaha kedai makan, usaha jamur tiram atau usaha jus buah? Kayaknya yang enak usaha jus buah saja ya.

Ok, misalkan anda jualan macam-macam jus buah. Biaya tetap yang anda keluarkan adalah 250 ribu rupiah. Biaya variabelnya sebesar 3 ribu rupiah per unit. Kemudian anda berencana menjual macam-macam jus buah tersebut dengan harga 5 ribu rupiah per gelas. Maka titik impas atau BEP-nya adalah :

 

BEP (dalam unit) = 250.000 : (5.000 – 3.000) = 125 unit.
BEP (dalam rupiah) = 250.000 : 1 – (3.000 : 5.000) = 625000 rupiah.

So, anda harus berjualan jus buah sebanyak 125 gelas atau menjual sebesar 625 ribu rupiah agar anda mencapai titik impas. Maksudnya adalah 125 gelas atau 625 ribu rupiah tadi sudah bisa anda gunakan buat bayar semua pengeluaran usaha jus anda tanpa anda harus rugi. Dan apabila anda mampu menjual 126 gelas, berarti yang satu gelas tadilah keuntungan anda. Paham kan?

Kesimpulannya adalah apapun tipe bisnis anda, di awal anda melangkah, usahakan selalu menghitung berapa titik impas atau BEP produk anda. Jadi anda sudah punya bayangan, oo…harus jual segini tho agar usahaku aman. Atau oo…harus dapat pemasukan segini buat bisa jalan lagi. Baru setelah itu anda masuk ke target kedua, yaitu memperbesar penjualan anda alias berapa besarnya keuntungan yang akan anda kejar. Mudah kan? Lha terus saya makannya dari mana mas kalau saya hanya bisa jualan sampai titik impas? Kan saya nggak untung walaupun nggak rugi…