Tela KreZZ, Bisnis Peninggalan Ibu

Tela KreZZ, Bisnis Peninggalan IbuKalau saja dulu Firman menuruti kata-kata ayahnya untuk bekerja sesudah lulus dari Fakultas Hukum Universtias Gajah Mada, mungkin saja ia tidak sesukses sekarang. Kemungkinan besar total gajinya setahun masih dalam hitungan juta. Pasti keadaannya berbeda dari Firman sekarang, yang bisa meraup omzet senilai miliaran rupiah, hanya dengan berdagang singkong.


Dengan jeli pria berusia 26 tahun ini Mengamati bahwa kebun singkong bisa disulap menjadi ladang emas. Di tangannya singkong di ubah menjadi penganan ringan yang laris dikonsumsi setiap orang. Ia memiliki strategi tersendiri. Agar calon pembeli tidak meremehkan produknya, ia membuat merek yang cukup modern, yaitu Tela KreZZ (tela berasal dari bahasa Jawa yang berarti singkong). Brand yang catchy dan mudah diingat.

Sebenarnya, ia membangun bisnis ini tidak dari awal. Almarhum ibunya dulu sempat membuat bisnis serupa dengan mengusung merek Homy Tela. Rupanya, usaha ini mengalami kegagalan. Strategi pemasarannya kurang tepat, cara berpromosinya kurang bagus dan tidak Kencar, serta pengelolaannya masih sangat konvensional.

 

Sebelum outlet itu tutup secara total, Firman menyusun strategi untuk melakukan sejumlah langkah inovasi. Singkong adalah kudapan yang lumrah di Yogyakarta. Juga mudah didapat karena gampang ditanam hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Pengolahannya bisa dilakukan di mana pun dan oleh siapa pun. Di Yogyakarta saja, ia bisa menggunakan sekitar 300-500 kilogram per hari dan menghasilkan cemilan hingga 2.000 bungkus, tergantung pada kualitas singkong yang ia dapat. Ia melakukan uji coba beberapa kali sampai menemukan resep untuk menghasilkan singkong yang lunak, seperti kentang.

 

Penganan buatannya simpel saja, singkong ia potong menjadi bentuk balok-balok seukuran jari kelingking lalu dimasak. Singkong yang sudah dimasak hingga lunak itu lalu diberi berbagai macam bumbu, hingga rasanya bervariasi. Tak hanya gurih, tetapi juga ada yang manis. Kini bahkan telah berkembang menghasilkan 14 variasi rasa yang unik. Firman sedang merancang inovasi lain, yaitu menciptakan produk baru (tapi tetap berbahan dasar singkong) dengan sensasi rasa yang benar-benar baru.

Modal awalnya tidak banyak, hanya tiga juta rupiah. Ia punya cara berpromosi tersendiri. Salah satu caranya adalah rajin mengikuti berbagai pameran. Saat di pameran ia bisa Iangsung bertemu dengan banyak orang. Para konsumennya bisa memberi masukan tentang Tela KreZZ. Selain itu, ia merasa lebih senang berkomunikasi langsung dengan konsumen, menerangkan keunggulan produknya, sekaligus bisa melihat reaksi mereka ketika pertama kali mencicipi produknya. Dan, promosi itu memang terbukti berhasil. Sebab, setelah mengikuti pameran itu, pesanan terus mengalir dari dalam dan luar Yogyakarta. Firman sadar akan pentingnya inovasi.

 

Sumber Buku: Wirausaha Muda Mandiri