Yohan Tirtawijaya: Berpikir Pasar

Yohan Tirtawijaya: Berpikir PasarSalah satu cara untuk memaksimalkan cara berpikir pasar dan berpikh realistic adalah dengan menghubungkan  sumber-sumber daya pada pasar dan tujuannya.


Rhenald Kasali

WIRAUSAHA BUKANLAH SEORANG yang selfish atau narcis, la adalah seorang yang memikirkan orang lain, yaitu pasar adalah kumpulan orang-orang yang memiliki kebutuhan -kebutuhan dan keinginan-keinginan yang belum tentu sama kebutuhan/keinginannya dengan kebutuhan wirausaha.

 

Cara berpikir usahawan berbeda dengan profesionalisme  eksekutif, karena pertama-tama is mencari pasar lebih dulu. Pasar yang didapat adalah wujud kepercayaan didapat baru barang diproduksi dan modal dicari. Semua itu awalnya adalah kepercayaan. Di tengah-tengah banyak persoalan-persoalan kredibilitas, maka siapapun yang dapat mengedepankan kepercayaan memiliki masa depan.

 

Sebaliknya professional selalu berpikir linear kumpulkandata, cari modal, lakukan produksi, dan pemasaran bila modal telah tersedia.

Ada tiga hal yang dapat dipelajari. Pertama, kita tidak bisa hanya meniru dari apa yang sudah dilakukan orang lain. Bisnis peniruan akan terkesan murahan tak punya harga diri dan melanggar etika. Sebaliknya, segala sesuatu yang sulit hanya akan sulit di depan namun akan berujung jadi mudah dan akan jadi enak nantinya. Every beginning is difficult.

 

Yang kedua, ketika kita mengembangkan sesuatu yang tidak dikenal, pasti juga tidak mudah dikenal orang. Oleh karena itu diperlukan upaya yang luar biasa. Tidak bisa dengan cara-cara yang biasa. Harus secara luar biasa. Setiap pelukis itu memerlukan etalase. Kalau seseorang menjadi pelukis dan lukisannya ticlak pernah ditaruh di etalase tidak akan menarik. Yohan Tirtawijaya melayani segmen-segmen tertentu agar karya-karyanya mudah di­lihat orang. Restoran, tempat tinggal, dan kantor, ia sulap menjadi gedung yang unik yang menimbulkan keserasian dan mempunyai ciri khas.

Yang ketiga, masalah modal. Biasanya, orang yang berpikir secara biasa itu adalah cari dulu modalnya, baru cari pasarnya. Kalau sekarang paradigmanya sudah harus dibalik. Pasarnya lebih dulu, uangnya mengikut. Pasarnya ada, uangnya akan mengikut. Dari mana uangnya? Karena kita bisa dipercaya. Maka raihlah kepercayaan, baliklah cara berpikir, supaya kita meraih keberhasilan.