Sempat belajar akuntansi, Yoris sepertinya ditakdirkan menjalani perjalanan karier yang menarik. Kuliahnya yang tak selesai memberinya bekal manajemen keuangan yang mumpuni.
Meski konsep yang ditawarkannya hampir selalu aneh, tapi soal profit dan strategi tetap diperhitungkan.
Ada cerita menarik yang selalu ia kenang perihal kuliah akuntansinya yang tak tuntas itu. Yoris yang sudah bekerja sejak kuliah, itu berpikir beda dengan mahasiswa lainnya.
“Karena tak ingin menjalani kerja dan kuliah setengah-setengah, saya berpikir untuk memilih salah satu,” kenangnya.
Pilihan Yoris jatuh pada karier baik yang sudah ia miliki. Toh, kuliah itu kan akhirnya juga untuk mencari kerja? Tapi ini tidak mudah. Untuk menenangkan orang tua, ia mengaku kuliah di Universitas Terbuka. “Kalau nggak begitu, nggak akan dapat izin.”
Di kantornya, ia mendapat julukan sebagai invisible boss karena kehadirannya yang sangat jarang.
“Saya lebih suka mobile. Sebab kalau di kantor, saya akan terjebak rutinitas. Saya ke kantor hanya kalau ada rapat. Malah waktu kantor masih lebih kecil, kursi saya berikan ke orang lain daking nggak pernah terpakai,” katanya.
Kebiasaan berani mengambil manuver tak terduga dalam karier diyakini Yoris sebagai buah dari kegemarannya bermain video game saat kecil. “Game membuat saya berani mengambil resiko”
“Saya lebih suka mobile. Sebah kalau dikantor akan terjebak rutinitas. Saya ke kantor hanya kalau ada rapat. Malah waktu kantor masih lebih kecil, kursi saya berikan kv orang lain saking nggak pernah terpakai.”
Yoris memang selalu memberi respek yang setara pada apapun yang ia kerjakan tanpa memandang besar kecilnya.
“Saya selalu bilang, start small. Mulailah dari hal kecil, jangan langsung besar, yang saya pelajari dari pengalaman sendiri,” katanya memberi kiat tak salah berkata demikian. Sebab langkah besarnya memang diawali dengan langkah-langkah kecil yang terayun konstan.