Kebab Baba Rafi Go Internasional

Kebab Baba Rafi Go Internasional Strategi promosi dan publikasi kebab turki Baba Rafi jelas: kualitas adalah segalanya. Oleh sebab itu, Baba Rafi menyiapkan pasukan khusus untuk quality control yang selalu memantau kondisi setiap outlet. Berdiri di bawah divisi Quality Control and Maintenance, divisi itu bertugas mengecek dan mempertahankan kualitas rasa, pelayanan, kebersihan, serta value produk. Sebagai pendukung, usaha kebab ini menyediakan line telepon khusus bagi konsumen untuk menyampaikan komplain bila kualitas mengecewakan.


Salah satu faktor yang membuat kebab Baba Rafi banyak digemari adalah inovasi yang tiada hentinya diciptakan. Misalnya, dengan adanya diferensiasi istilah pada penamaan menu, seperti Winner, Kebab, Hotdog Jumbo, Syawarma, Kebab isi Sosis istimewa, Kebab Gila (kebab dengan porsi lebih kecil) ataupun Kebab Picok (Pisang Cokelat). Harganya pun sangat terjangkau, masih di bawah 10 ribuan rupiah. Hendy juga mengadopsi strategi marketing klasik, yaitu lokasi, lokasi, dan lokasi. Ia selalu memilih lokasi berdagang di tengah-tengah keramaian dan menggunakan warna-warna mencolok agar terkesan familiar (eye catching) dan gampang diingat (memorable).

Inovasi unik lainnya adalah cara pengolahan. Baba Rafi menggunakan teknik mengolah daging dengan cara diasap, bukan digoreng. Daging berukuran besar itu diasap terlebih dulu, lantas dipotong diiris-iris, dengan aroma asap yang menjadi ciri tersendiri. Jenis-jenis bumbunya pun disesuaikan dengan lidah lokal, misalnya bila bumbu Turki asalnya lebih spicy, maka bumbu Baba Rafi tidak terlalu tajam dan cenderung ke arah manis.

 

Alhasil, trik dan strategi di atas memikat banyak penggemar. Bahkan, kebab banyak menarik minat masyarakat untuk bermitra. Hendy pun berupaya mematenkan usahanya dengan mendirikan perusahaan manajemen PT. Baba Rafi Indonesia. Perusahaan ini kemudian menelurkan penawaran kerjasama usaha dalam bentuk franchise dengan brand “Kebab Turki Baba Rafi”.

 

Ia menyediakan beberapa tipe penawaran. Misalnya, ada paket gerobak untuk outdoor franchise-nya dijual dengan harga Rp 50 juta. Tipe Booth dan Dine In, keduanya berkonsep outdoor, ditawarkan seharga Rp 70 juta dan Rp 100 juta, sementara konsep indoor outlet harganya Rp 90 juta. “Model cafë,franchise fee sebesar Rp 80 juta dan ditambah initial investment sekitar Rp 100 juta,” imbuh Presiden Direktur PT Baba Rafi Indonesia tersebut.

Calon franchise tidak usah khawatir, sebab dukungan yang diperoleh meliputi hampir semua aspek, mulai dari studi kelayakan, layout restoran, standar pelayanan, pelatihan, jaminan bahan baku, paket promosi, termasuk quality control, maintenance, manual book, di sertai software keuangan. Dalam satu paket sudah tersedia satu unit counter, alat burner kebab, dan paket perlengkapan counter Lengkap. Disebutkan, tingkat keberhasilan cabang mencapai 99%, alias risiko kegagalan usaha sangatlah kecil.

 

Satu hal yang luar biasa, Hendy hanya perlu waktu 3-4 tahun untuk mengembangkan sayap di mana-mana. Kini berkat ketekunan dan kegigihannya, usaha kebabnya telah memiliki lebih dari 375 outlet di seluruh Indonesia dengan mempekerjakan sebanyak 173 karyawan. Hendy juga melebarkan sayap dengan mengakuisisi usaha Roti Maryam Aba-Abi. Saat ini, usaha roti tersebut telah memiliki 30 outlet yang tersebar di Pulau Jawa dan Bali. Omzetnya bisa mencapai lebih Rp 15,8 miliar per tahun.

Dalam waktu dekat, Hendy akan menawarkan franchise usaha pizza dengan merek “Piramizza”. Saat ini Piramizza masih dikelola secara mandiri dan sudah beroperasi sebanyak lima outlet di Surabaya.

Strategi bisnis Hendy juga meliputi publikasi dari berbagai media termasuk cetak dan elektronik. Bahkan berkat tayangan usaha kebab turki Baba Rafi di televisi BBC London dan majalah Business Week International, kini permintaan kerjasama dari pihak asing berdatangan. Ada orang yang menawarinya membuka outlet di Trinidad & Tobago serta Kamboja. Namun yang diutamakannya adalah pengembangan usahanya di Malaysia dan Thailand.

“Saya belajar dari para pengusaha sukses. Salah satunya, Bill Gates. Dia bisa mendirikan kerajaan Microsoft, meski tidak tamat sekolah. Jadi intinya untuk menjadi orang sukses tidak harus memiliki gelar akademis dan indeks prestasi (IP) tinggi,” tegasnya sembari tertawa.

Sumber Buku: Wirausaha Muda Mandiri