THINKING OUT the box adalah ungkapan yang sudah sangat familiar Namun, bila ditambahkan menjadi ‘thinking out of the box, but executing inside the box, jargon itu pun jauh menjadi lebih bermakna dan terkesan lebih gampang di aplikasikan. Inilah rupanya dasar pemikiran Yoris Sebastian menuliskan hal itu dalam blog-nya. la sepertinya mengerti benar bahwa orang Indonesia tidak terlalu sendang untuk berpikir di luar kotak. Persoalannya, budaya komunal yang kita anut membuat masyarakatnya selalu ingin sama dengan yang lain. Jika ada sesuatu yang berbeda mereka merasa terancam, dan berusaha membuatnya sama. Begitu juga sebaliknya. Jika ada orang yang melakukan sesuatu yang berbeda dan berhasil, barulah diikuti yang lain. Yoris, adalah konsultan yang kreatif karena selalu berpikir di luar kotaknya, menumpahkan banyak ide, dan terus mengasah kreativitas.
Q: Sudah berapa lama Anda memiliki usaha sendiri – menjadi konsultan?
A: Kurang lebih 1.5 tahun. Saya menjadi konsultan di bidang kreatif alias berjualan ide. Jadi ketika sebuah perusahaan besar sudah terjebak dalam rutinitas dan tidak sempat untuk berpikir kreatif, tim kami akan turun membantu menghasilkan ide kreatif yang baru.
Q: Mengapa baru sekarang, bukannya setelah lulus sekolah?
A: Modalnya tidak ada, karena saya bukan berasal dari keluarga yang punya banyak uang. Mau kuliah di luar saja tidak bisa. Jadi saya mencari modal dulu dengan menjadi karyawan dan mulai investasi dari 10% ditabung terus sampai modalnya dirasa cukup. Baru saya mencoba mulai usaha sendiri.
Q: Untuk berwirausaha tentunya diperlukan hal-hal lain di luar investasi. Bagaimana persiapannya?
A: Hanya bermodalkan pengalaman dan berbagai inovasi. Dulu, saya hanya menjual ide-ide itu kepada perusahaan di mana saya bekerja saja, sekarang saya bisa jual kepada siapa pun. sekarang ini misalnya, usaha saya sudah mulai enak dan stabil. Ada belasan proyek yang running bersamaan, karena kita hanya sebagai consultant suatu brand. Cara kerjanya adalah menjual konsep yang jika sudah disetujui oleh client, eksekusinya ada di pihak yang sudah berbeda lagi.
Q: Yang menjadi pertanyaan banyak orang, melakukan thinking out of the box adalah suatu hal yang tidak mudah, apalagi untuk orang Indonesia yang latar belakang pendidikannya sangat membelenggu. Bagaimana cara melatih diri agar bisa melahirkan kreativitas?
A: Cara yang paling mudah dan selalu saya sampaikan di mana-mana adalah dengan melakukan kebiasaan kreatif, yaitu melakukan hal-hal yang melawan rutinitas. Misalkan saja saya menggunakan jam tangan tidak harus di sebelah kanan terus, terkadang juga sebelah kiri. Pergi ke kantor jika tidak sedang terburu-buru, mencoba melalui jalan yang berbeda. Pada dasarnya semuanya itu tidak ada yang tidak bisa. Pada suatu saat seseorang bisa saja mengatakan “Saya tidak kidal, saya tidak bisa menggunakan sikat gigi dengan menggunakan tangan kiri.” Nah, di saat lain ketika terjadi kecelakaan dan tangan kanannya tidak bisa digunakan, dia bisa sikat gigi menggunakan tangan kiri. Bahkan sangat mungkin Anda tanda tangan cek menggunakan tangan kiri.
Q: Jadi membiasakan untuk tidak terbelenggu dengan kebiasaan rutin, sehingga membuat kebiasaannya menjadi fleksibel, bisa A bisa juga B.
A: Kreativitas itu merupakan suatu kemampuan, bukan merupakan suatu garis keturunan atau genetik. Inilah bedanya dengan tingkat kecerdasan. Jika saya terlahir dengan IQ 128, maka itu adalah warisan genetik. IQ tetap sekian, namun kreativitas bisa dikembangkan melalui kebiasaan.
Tak hanya piawai mengemas konsep acara dan mal, Yoris juga ahli membuat untung para pebisnis kuliner. BC Bar salah satunya. “Itu bar pertama di Jakarta yang hanya buka pada Jumat dan Sabtu,” katanya menyontohkan. Efek kejut sarannya itu adalah, meski hanya buka pada akhir pekan, bisnis itu tetap menguntungkan. Kuncinya menurut Yoris terletak pada keunikan hari beroperasi. “Kalau saya buka setiap hari nggak unik, kan? Kalau buka Jumat dan Sabtu, orang malah penasaran imbuhnya. la masih punya ide out of the box lainnya untuk bisnis restoran. “Belum ada klien yang berani karena saya mengusulkan, restoran yang nggak ada menunya,” katanya sambil tertawa.