Kelezatan Kebab Hendy Setiono

Kelezatan Kebab Hendy SetionoSejarah dan Perdaban dunia membuktikan bahwa perubahan senantiasa dimulai oleh generasi muda. Seratus tahun yang lalu, generasi muda yang berkumpul mendirikan Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 telah membuat Indonesia merdeka. Salah satu contoh generasi muda yang  mampu membuat perubahan adalah Hendy Setiono, lewat sajian lezatnya kebab turki Baba Rafi.


Q: Bisa di jelaskan bagaimana awalnya berwirausaha kebab?

A: Awalnya berasal dari hobi. Kebetulan hobi saya makan. Pada saat ada kesempatan berlibur ke Qatar, salah satu negara di Timur Tengah, saya tortegun menyaksikan populernya makanan bernama kebab itu. Pada saat saya mencoba, wah, ini rasanya kok enak banger. Dan muncullah ide untuk membawa menu makanan kebab itu ke Indonesia. Saya mulai mencobanya di Surabaya lima tahun yang lalu dengan menggunakan satu bush gerai gerobak. Dan Alhamdulillah ternyata sekarang telah berkembang lebih dari 352 outlet di lima puluh kota diseluruh Indonesia.

 

Q: Mengapa diberi nama “Baba”?

 

A: Betul. Saat itu saya terpikir akan menggunakan nama “Kebab Turki Mas Hendy.” Tapi kan kayaknya tidak menjual, jadi pakai nama “Kebab Turki Baba Rafi”. Rafi sebenarnya nama anak saya yang pertama. Sementara “Baba” adalah “Bapak” gitu, jadi “Kebab Turki Bapaknya Rafi”.

Q: Langsung berkembang besar? Apa saja tantangannya?

 

A: Ya pasti. Bisnis ini tidak langsung berhasil, harus melalui proses perjuangan yang jugs berliku. Terutama pada saat awal, ketika saya masih sering terjun untuk berjualan sendiri. Saat itu musim hujan, sehingga omzet penjualannya tidak begitu bagus. Tapi karena saya semangat dan terus optimis, akhirnya bisa berkembang, terus berjalan hingga sekarang. Saya juga harus mengedukasi pasar. Banyak orang bertanya-tanya, “Apa sih ini kebab?” Setelah mencoba, dan penasaran dengan menu kebab, beberapa orang merasa cocok dengan rasanya. Besoknya mereka kembali lagi, dan mulai membeli bersama teman dan keluarganya.

Q : Beratkah bagi seseorang yang berpendidikan tinggi lalu banting setir menjadi pedagang?

A: Yaaa, betul. Ada perasaan malu dan gengsi, terutama di awal-awal. Tapi saya mencoba untuk melawan perasaan tersebut. Saya camkan bahwa kita harus mulai dari sesuatu yang kecil dulu.

Q: Ya. Kalau Anda ingin berbisnis dan berusaha, ada beberapa pilihan. Yang pertama, yang paling gampang, ikuti saja yang sudah ada. Jadi orang lain bikin martabak, kita bikin martabak. Tetapi kalau sudah se­perti itu konsumennya hanya akan memilih yang harganya lebih murah saja. Yang kedua adalah berbisnis dengan meniru yang sudah ada tapi kita perbaiki, kita ubah sedikit, kita bikin sesuatu yang berbeda. Nah yang ketiga adalah berbisnis yang sama sekali belum pernah ada di pasar. Di sinilah Hendy masuk, sebab kebab turki memang baru diper­kenalkan olehnya. Hanya, awalnya ia pernah salah, karena gerobaknya tidak unik, sama dengan gerobak martabak atau sate. Setelah kesadaran muncul, barulah ia membuat pembedaan dengan membuat gerobak yang colorful. Strategi inilah disebut dengan the power of differentiation, menciptakan perbedaan.

Q: Bagaimana halnya dengan penyesuaian cita rasa?

A: Kami harus memodifikasi rasa supaya cocok dengan lidah orang Indonesia. Setelah dimodifikasi tekstur bumbunya, pembeli akan lebih suka dengan rasanya. Sebelum saya launching pun saya memberikan sampai ke teman-teman dan saudara dekat saya untuk memperoleh masukan. Setelah dapat komposisi final baru dilempar ke pasar.

Q: Lalu Anda mengambil keputusan untuk franchise. Kenapa? Kenapa tidak dikerjakan sendiri saja? Kan Anda bisa mendapat keuntungan begitu besar di seluruh Indonesia.

A: Mungkin karena tangan saya terbatas. Saat saya ingin membuka di Aceh, atau di saat saya ingin membuka di Ambon, tangan saya belum sampai kemana. Selain itu, saya tidak kenal konsumennya di sana seperti apa. Akhirnya soya mernilih cara franchise untuk pengembangan outlet Kebab Turki Baba RA ini. Supaya ada perpanjangan tangan sekaligus sebagai orang yang wdah ada di local market daerah tersebut. Di saat pesaing-pesaing mulai masuk pasar dengan suatu brand baru, mereka akan berhadapan dengan Kebab Turki Baba Rafi yang memiliki 300 outlet lebih. Makanya saya selalu optimis. Untungnya hingga saat ini belum ada kompetitor dan mudah­mudahan ke depannya tidak ada. Walau saya sendiri melihat kompeti­lor atau pebisnis yang menjalankan usaha sejenis bukan selalu sebagai lawan, sebenarnya sebagai mitra juga. lbarat lomba lari, kalau saya larinya sendirian – kalau saya berjualan kebab sendirian – saya cenderung santai. Ah begini saja sudah enak, kok. Tapi di saat sudah mulai ada pesaingnya, mulai ada yang mengikuti jejak kita, saya justru berlari lebih cepat, lebih bersemangat.

“Ketika orang berbicara, dengarkanlah secara lengkap. Sebab kebanyakan orang tidak mendengarkan.”– Ernest Hemingway

Sumber Buku: Wirausaha Muda Mandiri