Salman Azis Alsyafdi: Di Obrak-abrik 10 Preman

Sukses dengan usaha warnet di Asrama UI ini Salman mencoba melebarkan sayap ke luar UI. Pada 2006, Warnet Gue membuka gerai kedua di wilayah stasiun Universitas Pancasila. Rupanya langkah tidak disukai para pesaingnya. Mereka tidak suka Salman menjual servis printing dengan harga Rp 300 per lembar, sementara mereka menjualnya Rp 400 per lembar. “Saya menolak mengikuti kemauan mereka untuk menaikkan harga,” katanya.


Penolakan ini berbuntut panjang. Pada malam harinya, warnetnya didatangi 10 orang preman berclurit. Saat itu Salman kebetulan tidak iada di tempat. Namun begitu mendengar kejadian tersebut ia langsung bergegas ke sana. Para preman itu sudah raib, Salman hanya bisa melaporkan kejadian itu kepada RT setempat. Keesokan harinya seluruh pengusaha warnet di lingkungan itu dikumpulkan Pak RT untuk menylesaikan masalah. Para pesaingnya menuntut Salman menurunkan harga. Menyadari posisinya, Salman akhirnya menyetujui untuk menurunkan harga. “Saya sekarang percaya orang bisa bunuh-bunuhan karena uang Rp 100,” ujar Salman seraya tersenyum.

Warnet cabang kedua ini rupanya tak berjalan mulus. Dua kali gerai ini mengalami percobaan perampokan. Sampai-sampai pegawai Warnet menyiagakan sebilah samurai untuk jaga-jaga. Berbagai teror dan beberapa perhitungan yang meleset membuat Salman memutuskan menutup warnet ini.

 

Kendala di Pancasila juga tak membuatnya jera. Bahkan pada 2008, Warnet Gue membuka cabang kedua di Serpong, cabang ketiga di Pamulang, dan berlanjut dengan cabang keempat di Perumahan Bukit Indah, Ciputat, pada tahun 2009 – semuanya di wilayah Tangerang Banten.

 

Menurut Salman pengembangan usahanya akan tetap berfokus ke sektor pemberdayaan teknologi informasi. Selain akan terus mengembangkan cabang warnet, sejak tahun 2007 ia juga membuka usaha website, dan sejak tahun 2008 membuka usaha penjualan dan servis computer di Serpong. “Dalam waktu dekat saya akan membuat pelatihan ilmu teknologi informasi,” katanya.