Kesalahan Yang Umumnya Dilakukan Pebisnis UMKM

 

Kesalahan Yang Umumnya Dilakukan Pebisnis UMKM

LUTIMNEWS.COM – INVESTASI – UMKM merupakan singkatan dari usaha mikro kecil dan menengah. Bisnis tersebut banyak dilirik oleh pengusaha pemula karena bisa dirintis dengan modal yang minim. Konsekuensinya ialah mau berusaha keras guna mengembangkan usaha agar cepat maju. Sayangnya, beberapa kesalahan berikut sering dilakukan si pengelolan yang justru dapat menghambat kemajuan bisnis.

  1. Terlalu mandiri dalam bekerja

Keterbatasan modal menuntut pendiri merangkap sebagai pengelola supaya biaya pengeluaran bisa ditekan. Tentu bukan berarti semua hal Anda lakukan seorang diri, mulai dari pembelian bahan baku, pengolahan hingga proses pemasarannya. Ingat, fisik dan pikiran Anda menjadi tumupuan harapan kesuksesan.

Lakukan poin-poin penting yang bisa dikerjakan dalam waktu yang bersamaan. Jika Anda tidak ingin membayar tenaga pemasar, maka temuka sesuatu yang hemat. Misalnya jalur online, waktu dan tempat dengan leluasa bisa disesuaikan. Tidak perlu keluar rumah, Anda bisa menemukan konsumen melalui media sosial.

  1. Cepat berasumsi tanpa pemantauan pasar
BACA JUGA:  Tips Menjalankan Bisnis Keripik Pisang

Asumsi Anda menentukan pengambilan langkah selanjutnya, jangan terburu-buru dalam menyuarakan pendapat. Sudut pandang dari satu pihak rentan terhadap kebenarannya. Inilah yang sering dilakukan oleh pebisnis UMKM, mereka terlalu cepat beropini dan mengubah strategi pasar.

Sebaiknya, terapkan trik sesuai perencanaan pada periode waktu tertentu. Lihat dan catat hasilnya, jika ternyata selama tiga periode masih belum menunjukkan kemujuan, maka Anda boleh beralih ke alternatif solusi yang telh disiapkan. Pastikan sebelumnya, Anda sudah menyediakan beberapa poin jalan keluar dari satu permasalahan yang menghadang.

 
  1. Minim pengetahuan mengenai pembukuan keuangan
BACA JUGA:  Sensasi Frozzie Frozen Brownies

Mayoritas pengusaha UMKM kurang menguasai perihal pembukuan keuangan bisnis. Padahal, inilah tonggak keberhasilan suatu usaha yang wajib tertulis secara detail dan rinci. Mereka tidak pernak mencatat berapa banyak modal awal dan laba per bulannya.

Mulai sekarang, ubah pola yang demikian agar pendapatan keuntungan bisa dievaluasi. Jika terjadi penurunan, maka cek faktor penyebabnya dan segeralah bentuk solusi. Pertahankan model bisnis yang mendatangkan laba dalam jumlah banyak, tingkatkan perlahan hingga mencapai nominal tak terhingga.

  1. Menganggap sepele hal kecil yang sebenarnya penting

Masalah kecil yang tidak segera diatasi, lama kelamaan akan menumpuk dan berubah menajadi besar. Contohnya pebisnis UMKM di sektor makanan yang tidak menghitung berapa produk yang hilang akibat tidak laku terjual. Meski terlihat sepele, sebenarnya itu merupakan bentuk kerugian.

BACA JUGA:  Tip Wirausahawan Sukses Dalam Membangun Meaning

Catat jumlah produk tersebut dan perbanyak promosi agar penjualan bisa dimaksimalkan. Sebaiknya, terapkan sistem pre order, yakni hanya melayani penjualan ketika ada pemesan saja. Solusi ini akan memminimalisir kerugian Anda sebagai pengusaha UMKM.

  1. Berkutat pada sektor kecil secara terus menerus

Berawal dari modal kecil seharusnya tidak menjadi pembatas impian besar Anda. Tujuan utama berbisnis ialah mendapatkan keuntungan finansial. Jika memang bisa memperoleh lembaran, mengapa harus bertahan dalam recehan. UMKM ialah bisnis skala kecil tapi peluang Anda untuk berkembang selalu ada. Rangkul investor yang mau memberikan suntikan dana pada bisnis tersebut.

TOPIK TERBARU:

gerobak rokok gratis, hari baik membeli barang elektronik, pertanyaan tentang aspek keuangan, cara membuat gir untuk tawuran, sebutkan contoh wirausaha yang terinspirasi dari gagasan orang lain, iklan kesehatan bahasa jawa, gaji karyawan hisana fried chicken, sebutkan dan jelaskan cara memperoleh permodalan bagi PT, contoh perusahaan non manufaktur, yang termasuk lapangan pemberian jasa adalah, cara perhitungan arisan menurun, contoh percakapan melobi, analisis swot rendang, slogan makanan tradisional, contoh peluang dari konsumen