Tips Bagaimana Menilai Seorang Franchisor

 

Untuk memilih bisnis waralaba, banyak sekali faktor yang harus dipertimbangkan. Mulai dari memahami waralaba itu sendiri, tata kelola franchise-nya, pokok-pokok perjanjian dan pola kontrak kerjasama franchise baik waralaba Indonesia maupun internasional, aspek keuangannya sampai ke masalah si empunya pemilik franchise tersebut alias franchisor. Mungkin saya tidak bisa membedah semua tips memilih bisnis waralaba diatas secara detail karena keterbatasan ilmu saya. Tapi yang jelas, perlu kehati-hatian dalam memilih sebuah franchise, layaknya memilih pasangan hidup. Salah satu tips memilih franchise adalah dengan melihat franchisornya.

Berikut ini akan saya ulas sedikit bagaimana menilai franchisor, sesuai dengan ilmu yang saya dapatkan secara tidak langsung dari Pak Bambang Rachmadi, seorang pakar franchise sekaligus pendiri dan pemilik Franchise McDonald’s Indonesia.

BACA JUGA:  Firmansyah; Menaikkan Gengsi Sinkong

1. Berapa lama franchisor menekuni bisnisnya.
Franchisor yang kita pilih haruslah yang sudah BERPENGALAMAN dalam bisnis yang ia tekuni. Pilihlah franchisor yang sudah menekuni bisnisnya paling tidak selama 2-3 TAHUN. Apabila bukan pebisnis, sekurang-kurangnya ia pernah bekerja sebagai karyawan di bidang yang sama lebih dari 2 tahun dan mengenal manajemen tempat ia bekerja.

2. Ada bukti sukses.
Selain pengalamannya, yang perlu kita ketahui adalah BUKTI SUKSES dari bisnis yang dijalankannya. Setidak-tidaknya kita harus mengetahui laporan keuangannya selama minimal 2 tahun. Franchisor bisa saja menunjukkan kesuksesannya. Namun perlu diingat, kita juga harus mengetahui BAGAIMANA PENGALAMAN ORANG YANG MENJADI FRANCHISES sebelumnya. Bagaimana kondisi cabangnya? Ada sebuah rumah makan yang jumlah cabangnya meledak dengan cepat, tapi kemudian rontok satu persatu.

BACA JUGA:  Usaha Waralaba Bakso Malang Cak Eko

3. Produknya bagus dan unik.
Pilihlah perusahaan yang menjual produk berkualitas dan disukai oleh banyak orang. Produk yang kita pilih juga produk yang MENGALAMI PERTUMBUHAN, bukan produk yang sudah jenuh pasar atau industrinya, walaupun pasar yang jenuh sebenarnya hanya mitos.

4. Sistemnya sudah teruji sukses.
Farchisor yang baik menurut Robert T. Kiyosaki, menawarkan SISTEM BISNIS. Membeli franchise berarti membeli sistem. Merek hanyalah salah satu kunci sukses. Kunci terpenting lainnya adalah sistem. Sistem disini mencakup manajemen produksi, keuangan, pemasaran, alur pasokan dan logistik serta sumber daya manusia.

 

5. Mempunyai pengetahuan yang dapat ditularkan.
Franchisor harus memiliki sumber daya yang berbasis pada PENGETAHUAN.

6. Franchisor harus mempunyai jiwa dan orientasi kewirausahaan.
Calon franchisee perlu memperhatikan apakah franchisor mempunyai sikap PROAKTIF, KEMAMPUAN BERINOVASI, dan KEMAUAN UNTUK MENGAMBIL RISIKO.

BACA JUGA:  Franchise Edam Burger

7. Track record dan gaya hidup wirausaha pemegang merek.
Sering dengar berita penipuan berkedok investasi? Pelajaran yang paling penting disini adalah teliti track record franchisornya. Apakah ia seorang yang culas? Pernah terlibat tindak kejahatan dan penipuan? Skandal korupsi mungkin? Walaupun ia sudah tobat, tapi kita harus tetap BERHATI-HATI…!!! Selain track recordnya, lihat gaya hidupnya. Apakah ia suka berfoya-foya? Bisa-bisa uang investasi dipakai buat memenuhi nafsunya ntar. Pilih franchisor yang memliki moral baik.

8. Terbuka dalam hal keuangan.
Intinya, kita harus mengetahui kinerja perusahaan dan kritis terhadap SKEMA KEUANGAN yang ditawarkan. Lihat apakah asumsi yang ditawarkan masuk akal atau tidak. Perhatikan baik-baik Return On Investment-nya.

TOPIK TERBARU:

gerobak rokok gratis, hari baik membeli barang elektronik, pertanyaan tentang aspek keuangan, cara membuat gir untuk tawuran, sebutkan contoh wirausaha yang terinspirasi dari gagasan orang lain, iklan kesehatan bahasa jawa, gaji karyawan hisana fried chicken, sebutkan dan jelaskan cara memperoleh permodalan bagi PT, contoh perusahaan non manufaktur, yang termasuk lapangan pemberian jasa adalah, cara perhitungan arisan menurun, contoh percakapan melobi, analisis swot rendang, slogan makanan tradisional, contoh peluang dari konsumen