Ada beberapa penyakit yang sering mengakibatkan gangguan imobilisasi. Pada sistem otot dan tulang, misalnya, terjadi penurunan kekuatan otot. Terutama, otot yang bekerja melawan gravitasi. Daya tahan tubuh pun turun.
Selain itu, bisa juga terjadi atrofi atau mengecilnya massa otot dan tulang. Pengeluaran kalsium dan hidroksiprolin (protein bagian dari kolagen) urine serta peningkatan pengeluaran kalsium melalui feses atau kotoran mengakibatkan penurunan massa tulang total.
Pada sistem jantung dan pembuluh darah, dapat terjadi peningkatan denyut dan efisiensi jantung. Sistem pernapasan pun bisa terganggu.
Hal itu disebabkan oleh penurunan seluruh kekuatan dan pengembangan otot-otot antartulang iga, diagfragma, dan peru. Pada sistem pencernaan, nafsu makan menurun dan terjadi sembelit. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan hormon. Selain itu, ada penurunan kebutuhan metabolik, gerak usus, dan lambung.
Karena itu, si sakit perlu memosisikan tubuh saat berbaring (positioning). Saat terlentang, badan harus sejajar dengan panggul dan lutut. Pergelangan kaki berada pada posisi netral dengan jari kaki menghadap ke langit-langit.
Bahu berada dalam posisi 45 derajat. Sendi siku dan pergelangan tangan lurus serta posisi telapak tangan menghadap ke depan. Untuk mengatur posisi anggota gerak atas, bantal bisa digunakan.
Untuk posisi anggota gerak bawah, sendi panggul menekuk 20 derajat. Bawah lutut diganjal dengan bantal sehingga terbentuk sudut 30-45 derajat. Sudut pada pergelangan kaki sebesar 90 derajat.
Tak hanya itu, pasien membutuhkan turning. Artinya, posisi tubuh harus diubah setiap dua jam. Miring ke kiri dan ke kanan dilakukan untuk mengurangi luka pada bagian belakang tubuh karena imobilisasi lama. Cara lain, pakai kasur udara atau air. Dengan demikian, tekanan secara langsung pada daerah tulang yang menonjol dapat dikurangi.
Selanjutnya, diperlukan range of motion exercise. Yaitu, melatih luas gerak sendi, sehingga tidak terjadi kontraktur (kerusakan sendi) akibat pemendekan jaringan ikat di sekitar sendi. Aktivitas tersebut dapat dilakukan 3-4 kali sehari untuk semua sendi.
Tidak hanya itu, latihan luas gerak sendi dapat dilakukan secara pasif bila penderita tidak mampu menggerakkan diri. Bisa juga aktif apabila penderita dapat menggerakkan sendi