Bagaimana Cara Menyusui Bayi yang Benar


LUTIMNEWS.COM – The American Academy of Pediatrics merekomendasikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama dan selanjutnya minimal selama 1 tahun. WHO dan UNICEF merekomendasikan ASI eksklusif selama 6 bulan, menyusui dalam 1 jam pertama setelah melahirkan, menyusui setiap kali bayi mau, tidak menggunakan botol dan dot.

Menyusui sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah melahirkan. Bayi dan ibu yang melakukan proses menyusui dalam 1 jam pertama setelah melahirkan memiliki keberhasilan yang lebih besar dari mereka yang menundanya. Bayi baru lahir sebaiknya disusui setiap 2-3 jam sampai bayi merasa puas.

Cara Menyusui Bayi yang Benar
Cara Menyusui Bayi yang Benar

Menyusui minimal 5 menit pada masing-masing payudara pada hari pertama setelah melahirkan dan semakin meningkat frekuensinya setiap hari sehingga dapat meningkatkan produksi ASI optimal. Waktu menyusui 20 menit pada masing-masing payudara cukup untuk bayi.

Tidak perlu membatasi waktu menyusui. Frekuensi menyusui yang sering dapat meningkatkan produksi ASI, mencegah payudara nyeri dan sakit karena penumpukan dan penggumpalan ASI, dan meminimalkan kemungkinan bayi menjadi kuning.

Jumlah ASI yang normal diproduksi pada akhir minggu pertama setelah melahirkan adalah 550 ml per hari. Dalam 2-3 minggu, produksi ASI meningkat sampai 800 ml per hari. Jumlah produksi ASI dapat mencapai 1,5-2 L per harinya.

 

Jumlah produksi ASI tergantung dari berapa banyak bayi menyusu. Semakin sering bayi menyusu, semakin banyak hormon prolaktin dilepaskan, dan semakin banyak produksi ASI.

 

Menyusui dapat berkaitan dengan ketidaknyamanan pada payudara. Nyeri pada puting dapat diberikan krim vaselin. Perubahan posisi menyusui untuk memutar titik stres pada puting juga sebaiknya dilakukan. Sebaiknya bayi berhenti dahulu menghisap puting sebelum mengangkatnya dari payudara.

Wanita yang menyusui membutuhkan 500-1000 kalori lebih banyak dari wanita yang tidak menyusui. Wanita menyusui rentan terhadap kekurangan magnesium, vitamin B6, folat, kalsium, dan seng.

ASI tidak memiliki suplai zat besi yang cukup untuk bayi prematur atau bayi berusia lebih dari 6 bulan. Karena itu suplementasi zat besi sebaiknya diberikan pada ibu menyusui dengan bayi prematur. Nutrisi yang tidak adekuat dan stres dapat menurunkan jumlah produksi ASI.

Keuntungan Menyusui bagi Bayi

ASI menyediakan nutrisi lengkap bagi bayi. ASI mengandung protein, mineral, air, lemak, serta laktosa. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi selama 1 bulan pertama, separuh atau lebih nutrisi selama 6 bulan kedua dalam tahun pertama, dan 1/3 nutrisi atau lebih selama tahun kedua.

READ:  Vitamin dan Mineral yang Penting Untuk Kaum Perempuan

ASI juga menyediakan perlindungan terhadap infeksi dan penyembuhan yang lebih cepat dari infeksi. Imunoglobulin A terdapat dalam jumlah yang banyak di dalam kolostrum sehingga memberikan bayi tersebut kekebalan tubuh pasif terhadap infeksi.

Terdapat faktor bifidus di dalam air susu ibu yang menyebabkan pertumbuhan dari Lactobacillus bifidus yang dapat menurunkan kumpulan bakteri patogen (menyebabkan penyakit pada manusia) penyebab diare.

Berdasarkan penelitian di negara maju, ASI dapat menurunkan angka infeksi saluran pernapasan bawah, otitis media (infeksi pada telinga tengah), meningitis bakteri (radang selaput otak), infeksi saluran kemih, diare, dan necrotizing enterocolitis.

Karena protein yang terdapat pada ASI adalah protein yang spesifik untuk manusia, maka pengenalan lebih lama terhadap protein asing atau protein lain yang terdapat di dalam susu formula, dapat mengurangi dan memperlambat terjadinya alergi.

Keuntungan bagi Ibu

Hormon oksitosin dilepaskan selama menyusui yang menyebabkan peningkatan kontraksi rahim, mencegah involusi rahim, dan menurunkan angka kejadian perdarahan setelah melahirkan.

Wanita yang menyusui, menurunkan angka kejadian kanker indung telur dan kanker payudara setelah menopause sesuai dengan lamanya waktu dia menyusui. Wanita yang menyusui juga dapat mengurangi angka kejadian osteoporosis dan patah tulang panggul setelah menopause, serta menurunkan kejadian obesitas karena kehamilan.

Meyusui dapat menciptakan ikatan antara ibu dengan bayi yang juga dapat mengurangi biaya dibandingkan dengan pemakaian susu formula. Menyusui memperlambat ovulasi (keluar dan matangnya sel telur) setelah melahirkan sehingga menjadi suatu bentuk KB alamiah.

Cara Menyusui yang Benar

Terdapat berbagai posisi untuk menyusui namun posisi yang baik adalah dimana posisi kepala dan badan bayi berada pada garis yang lurus sehingga bayi dapat menyusui dengan nyaman. Selain itu posisi ibu pun harus nyaman. Cara menyusui yang benar adalah :

  1. Cobalah untuk menyangga punggung, bahu, dan leher bayi. Bayi sebaiknya dapat menggerakkan kepalanya ke depan dan ke belakang dengan mudah
  2. Letakkan bayi dengan posisi hidungnya setara dengan puting sehingga bayi akan melekat sempurna dengan payudara
  3. Tunggu sampai bayi membuka mulut lebar dengan lidah di bawah, ibu dapat membuat bayi dalam posisi ini dengan merangsang bibir bagian atas bayi dengan jari ibu
  4. Bayi anda akan mendekatkan kepalanya ke payudara dengan dahi terlebih dahulu
  5. Bayi akan membuka mulutnya lebar untuk mencakup putting dan lingkaran gelap di sekitar puting, puting ibu sebaiknya berada pada langit-langit mulut bayi
  6. Untuk merangsang bayi melepaskan mulutnya dari puting, dengan lembut letakkan ujung jari ibu pada sudut mulut bayi dan bayi akan secara otomatis membuka mulutnya. Jangan menarik secara paksa karena akan menimbulkan luka pada puting.
READ:  Demam Tanpa Penyebab yang Jelas

Tanda bahwa bayi menyusu dengan benar:

  • Mulut bayi seluruhnya tertangkup di puting dan payudara
  • Dahi bayi menyentuh payudara
  • Payudara tidak nyeri ketika disusui
  • Apabila ibu dapat melihat daerah gelap di sekitar payudaranya, maka ibu seharusnya melihat daerah gelap tersebut lebih banyak di atas bibir bayi bagian atas dibandingkan bibir bagian bawah
  • Pipi bayi tidak tertekan atau tetap pada posisinya
  • Bayi anda secara teratur menghisap dan menelan ASI, normal apabila sesekali bayi berhenti
  • Apabila bayi sudah selesai menyusu maka dia akan melepaskan puting dengan sendirinya

Tanda bahwa bayi mendapatkan ASI dalam jumlah cukup adalah:

  • Bayi akan terlihat puas setelah menyusu
  • Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu pertama (100-200 g setiap minggu)
  • Puting dan payudara ibu tidak luka
  • Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil minimal 6-8 kali sehari dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari
  • Apabila bayi selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya bayi dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3 jam sekali setiap harinya.

Hal yang Harus Diperhatikan ketika Menyusui

Beberapa hal yang membuat menyusui tidak diperkenankan adalah :

  • Ibu yang menggunakan obat-obatan terlarang atau alkohol dalam jumlah berlebihan
  • Bayi dengan galaktosemia
  • Ibu dengan penyakit HIV/AIDS
  • Ibu dengan penyakit Tuberkulosis (TBC) yang tidak diobati dan masih aktif. Wanita tersebut dapat memberikan ASI kepada bayinya apabila pengobatannya sudah menujukkan keberhasilan terapi
  • Ibu dengan penyakit varisela (cacar). Apabila bayi sudah diberikan Imunoglobulin virus varisela zoster, maka bayi tersebut dapat disusui apabila tidak terdapat luka di puting. Dalam waktu 5 hari setelah lenting-lenting muncul, antibodi ibu dibentuk, dan menyusui pada saat ini dapat memberikan kekebalan pasif bagi bayi
  • Herpes yang aktif pada payudara
READ:  Jadwal Makan Bayi Berdasarkan Usia

Menyusui dapat dilakukan pada keadaan:

  • Infeksi Cytomegalovirus (CMV) bawaan atau didapat pada bayi yang sehat. Bayi tersebut sebaiknya disusui karena ASI mengandung antibodi
  • Ibu dengan penyakit Hepatitis B, apabila bayi sudah diberikan Imunoglobulin Hepatitis B serta vaksin Hepatitis B (wanita dengan Hepatitis B yang sedang aktif sebaiknya tidak menyusui)
  • Ibu dengan penyakit Hepatitis A, apabila bayi sudah menerima Imunoglobulin Hepatitis A serta vaksin Hepatitis A
  • Masih merupakan kontroversi wanita dengan Hepatitis C dapat menyusui atau tidak

Obat-obatan Selama Menyusui

Penggunaan obat-obatan antikanker, tirotoksik, dan obat imunosupresan (penurun kekebalan tubuh) tidak diperbolehkan selama menyusui. Menyusui dapat dilanjutkan apabila ibu sedang dalam terapi antibiotik. Meskipun obat antikejang yang diminum oleh ibu terdapat juga di dalam ASI, namun obat ini tidak perlu dihentikan kecuali bayi mengalami sedasi.

Kontrasepsi Selama Menyusui

Pada wanita yang tidak menyusui, waktu rata-rata ovulasi berikutnya adalah 45 hari setelah wanita tersebut melahirkan (jangka waktu 25-72 hari). Pada wanita menyusui, waktu rata-rata ovulasi berikutnya adalah 190 hari.

  1. Metode Amenorea Laktasi. Metode ini dapat menyediakan proteksi sebesar 95-99% dalam waktu 6 bulan setelah melahirkan apabila persyaratannya dipenuhi. Menyusui setiap 4 jam di siang hari, dan setiap 6 jam di malam hari. Makanan tambahan untuk bayi hanya 5-10% dari total.
  2. Metode nonhormonal. Dapat dengan menggunakan kondom, spiral, atau sterilisasi.
  3. Kontrasepsi Progestin (minipil, suntik, susuk). Kontrasepsi progestin tidak mengganggu kualitas dari ASI dan bahkan dapat meningkatkan jumlah dari ASI. Merupakan metode kontrasepsi pilihan bagi wanita menyusui. Direkomendasikan oleh ACOG penggunaan pil progestin 2-3 minggu setelah melahirkan, suntikan dan susuk 6 minggu setelah melahirkan. Harus diingat mengenai penurunan efektivitas dari kontrasepsi progestin pil apabila tidak diminum di waktu yang sama setiap harinya.
  4. Kontrasepsi kombinasi estrogen-progesteron. Kontrasepsi kombinasi dapat menurunkan kualitas dan kuantitas dari ASI. WHO menganjurkan penggunaan pil ini minimal 6 bulan setelah melahirkan.

Mastitis

Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2% wanita yang menyusui. Mastitis umum terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan.

Mastitis ditandai dengan nyeri pada payudara, kemerahan, area payudara yang membengkak, demam, menggigil, dan lemah. Penyebabnya adalah infeksi Stafilokokus aureus. Mastitis ditangani dengan pemberian antibiotika.