Batu Ginjal Bisa Menyebabkan Nyeri Pinggang

 

Hati-hati bila Anda mengalami nyeri pinggang akut tiba-tiba, mungkin saja penyebabnya adalah batu ginjal. Penyebab dari batu ginjal sebenarnya dapat kita deteksi dini dari kekhasannya. Pencegahannya pun sebenarnya tidak terlalu sulit. Batu ginjal sendiri merupakan material padat yang terbentuk akibat reaksi kimia di dalam ginjal atau sepanjang saluran kemih, dapat berukuran sekecil pasir sampai sebesar bola golf. Batu ginjal merupakan salah satu keluhan nyeri yang sangat umum dan mengganggu. Umumnya batu ginjal terjadi pada usia 20-40 tahun dan lebih banyak dialami oleh pria.

Normalnya, urin atau air seni mengandung bahan kimia yang mencegah terbentuknya batu, namun pada beberapa individu dengan ataupun tanpa faktor risiko, kristal di urin yang seharusnya keluar justru melekat pada dinding di saluran kemih. Tipe paling umum dari batu ginjal terbentuk dari Kalsium. Kalsium sendiri merupakan elektrolit yang dibutuhkan tubuh. Kalsium yang tidak terpakai dibuang melalui ginjal, pada beberapa individu yang rentan, kalsium tersebut dapat membentuk batu (75-85%) . Struvit merupakan tipe batu berikutnya yang berasal dari produk sisa metabolisme amonia (10-15%). Batu asam urat dapat terbentuk apabila terlalu banyak asam urat dalam kandungan urin (5%). Terakhir, batu yang terbentuk dari cystine yang jarang dan pada umumnya merupakan genetik.

READ:  Manfaat Rumput Laut Bagi Kesehatan Jantung

Tentunya tak kenal maka tak sayang, tak kenal gejala batu ginjal, tak sayang pada badan. Deteksi dini gejala batu ginjal dan hindari komplikasi lanjutannya. Keluhan dini yang kemungkinan merupakan gejala batu ginjal adalah :

  • Nyeri tajam, seperti diremas, tiba-tiba, yang terjadi pada bagian pinggang belakang atau pada perut bagian bawah. Nyeri ini dapat menjalar ke daerah selangkangan dan nyeri terjadi terus menerus
  • Mual dan mutah
  • Darah di urin
  • Sering berkemih
  • Urin keruh dan berbau
  • Demam dan menggigil
  • Sensasi panas ketika berkemih
  • Kembung

Tidak semua gejala ini selalu terjadi pada kasus batu ginjal. Batu ginjal tidak selalu menimbulkan keluhan. Terkadang, batu yang berukuran kecil dapat keluar sendiri melalui urin sehingga tidak terjadi keluhan. Butuh pemeriksaan lanjutan untuk mendeteksi secara pasti diagnosis batu ginjal, antara lain meliput pemeriksaan darah, urin, pemeriksaan x-ray, ultrasonogram (USG), IVP, atau CT scan. Apabila batu tersebut sudah terlanjur nyaman di ginjal Anda, maka mau tidak mau harus dilakukan terapi untuk mengeluarkannya. Untungnya, sebagian besar batu ginjal dapat ditangani tanpa operasi. Sekitar 90% batu ginjal dapat larut dan keluar spontan (dalam waktu 3-6 minggu) melalui urin dengan bantuan air yang banyak (2-3 L/hari) yang membantu memperlancar jalan keluar batu tersebut. Sebagai tambahan, untuk meredakan keluhan, dokter mungkin dapat meresepkan antibiotik (memberantas infeksi), analgetik (mengurangi nyeri), antispasmodik (merelaksasi otot saluran kemih), dan diuretik untuk memperlancar keluarnya urin.

READ:  Genetik dan Migrain

Operasi hanya direkomendasikan untuk batu yang sangat besar, tidak keluar dengan cara konvensional, menyebabkan nyeri konstan, menghambat aliran urin, sebabkan infeksi, dan merusak jaringan ginjal. Batu ginjal dapat ditatalaksana dengan menggunakan ESWL (extracorporeal shock wave lithotripsy), ureteroscope, operasi (percutaneus nephrolithotomy), dan open surgery. Ingat, batu ginjal memiliki faktor risiko yang dapat dicegah. Agar Anda tidak mengalami batu ginjal, ada baiknya Anda mengikuti beberapa tips di bawah ini :

 
  • Minumlah air putih dalam jumlah 10-13 gelas/hari. Air putih yang banyak dapat membantu meng’flush’ atau melancarkan aliran cairan di saluran kemih
  • Batasi asupan kopi, teh, dan cola. Kafein akan meningkatkan pengeluaran caira
  • Diet rendah purin (mengurangi konsumsi: sarden, kerang, otak, jeroan; jantung, hati, usus, limpa) dan diet rendah oksalat (sayuran berwarna hijau, gula bit, kacang-kacangan, biji-bijian, produk kedelai, teh, cokelat, strawberry)
  • Batasi asupan protein hewani, garam, alkohol, dan suplemen vitamin (terutaman vitamin C dan D)