Nama besar BMW di kancah dunia otomotif memang tak perlu lagi diragukan, ketenaran dari tiap-tiap serinya membuat varian dari BMW kian kaya dan beragam yang disesuaikan dengan kebutuhan para penggunannya. Salah satu varian anyarnya yang hadir di Tanah Air adalah BMW 325i M Edition, memang varian Seri 3 dari BMW yang cukup melambung pada era 1980-an yang kebetulan saat itu menjadi mobil sang tokoh idaman “Boy” dalam film “Catatan Si Boy”.
Saat sesi pengetasan berkendara si Boy kami cukup terkesima mlihat desainnya yang amat agresif. Sosok sporty cukup terlihat jelas dari keseluruhan desainya, mulai dari tampangnya depannya hingga bagian samping dan terus ke bagian belakang. Masuk kebagian dalam, aroma balutan kulit berwarna gelap cukup terasa yang sekaligus menyambung kesan sporty dari tampilannya. Desain dasboard dan fitur yang tersedia juga tersusun dengan apik hingga mengesankan kesederhanaan, tak terlalu banyak aparel layaknya mobil elegan.
Posisi duduk dengan jok terbalut lapisan kulit yang mirip dengan jok semi bucket terasa merangsang aliran adrenalin dalam tubuh untuk bergegas merasakannya. Di tambah lagi desain stier sporty yang terasa cukup mantap digenggam dengan beberapa tombol indikator di tiap sisinya.
Tancap kunci, injak pedal rem lalu tekan tombol Start …. “Hening….” begitu komentar salah satu rekan yang duduk disamping dan ikutan menjajal mobil si “Mas Boy” ini. Kekedapan sektor kabin memang pantas diacungi jempol, yang menjaga kenyamanan pengendara dan penumpang agar tidak bising mendengar suara mesin maupun suara dari luar kendaraan.
Pindah transmisi ke posisi D mesin pun dengan halus berjalan lahan. Ternyata putaran bawahnya tak seperti apa yang kami bayangkan, sedikit lemot dan tak bertenaga namun ketika telah naik ke posisi gigi berikutnya secara urut putaran mesin makin berirama seiring dengan torsi tenaga yang kian meningkat. Berjalan pasti dan tetap berimanĀ menyelusuri jalur-jalur kemacetan lalu lintas Ibu Kota hingga akhirnya masuk ke salah satu pintu TOL dalam kota. Ambil tiket, langsung cusss … spontan perpindahan tiap giginya terasa begitu halus tanpa hentakan yang membuat kami risih.
Walau putaran bawahnya terasa begitu lemot, namun makin ke atas makin tarasa kegaharan mesin 6 silinder 4 valve berkapasitas 2.497 cc yang diusung oleh 325i dibalik bonet cantiknya ini. Penasaran dengan model sport pada transmisinya 6-speed Steptronic lengkap dengan Adaptive Transmission Management, akhirnya tuas pun bergeser ke sebelah kiri di posisi “DS” dan membuat hentakan mesin secara otomatis berubah total menjadi jauh lebih agresif baik dari putaran bawah hingga putaran atasanya. Perbedaan signifikan jauh lebih terasa ketika pengendaraan si Boy ini menggunakan mode manual yang langsung dapat diakses melalui tombol pedal shift pada bagian stiernya.
Perpindahan gigi dari tarikan bawah pun cukup berbeda dengan mode otomatis, jelasnya versi manual jauh lebih responsif dan bertenaga. Top speed di bebas hambatan dengan ruang terbuka yang cukup lancar membuat kami mampu melahap titik 0-100 Km/jam hanya dalam hitungan beberapa detik saja. Nafas-nafas panjang dari tiap giginya begitu mengiurkan sehingga membuat kaki ingin terus menekan pedal gasnya, alhasil angka di putaran 220 km/jam pun mampu kami lahap dengan sempurna meski pada kenyataannya 325i masih memiliki cukup tenaga untuk meneruskannya hinga benar-benar mendapatkan top speed yang maksimal.
Sisi handling dan stabilitas kendaraan, agak sedikit kurang terasa karena entengnya pengendalian pada stier yang membuat mobil ini terasa begitu melayang ketika bertemu dengan medan bergelombang di kecepatan tinggi. Namun demikian, kepuasan akan sebuah kecepatan rasanya cukup terasa terbayar lunas dengan sensasi yang ditawarkanya.
Konsekuensi lain yang wajib dihadapi adalah masalah konsumsi bahan bakar yang memang terbilang cukup menguras kantong. Namun bila dibandingkan dengan nilai sebuah kepuasan dalam berkendara, sepertinya permasalahan konsumsi bahan bakar tak terlalu menjadi hitungan bukan ??