Bermula dari presenter Daniel Mananta yang menghubunginya untuk mendengar dan melihat sistem audio yang dibuat oleh workshop Ahow Sound. “Ternyata hasilnya bagus, lalu aku tertarik, padahal aku sebelumnya nggak pernah memodifikasi interior mobilku. Yaudah dari situ dikenalin Ahau dan ditawarin Venom,” buka Anang Hermansyah.
Sebagai seorang musisi handal, Anang ingin sistem audio yang hadir di Jeep Wrangler Sahara sesuai karakternya. “Semua Instalasi yang ngerjain tetep Ahau, tapi tetap ada masukan namun nggak terlalu signifikan. Pokoknya aku nggak mau lampunya yang idup-nyala, aku lebih suka yang soft aja. Sebenarnya aku lebih mentingain sound-nya, bukan ke look-nya,” terang Anang.
Menurut suami dari Ashanty ini, sound yang bagus adalah nyaman didengar, mampu memainkan semua genre musik dengan baik, serta detail dan natural, jadi semua alat musik terdengar dengan jelas. “Aku ingin dengerin musik itu nyaman, ngobrol didalam itu enak meskipun musiknya keras. Buat aku itu baru asik,” tambahnya.
Antara Suara Rekaman Studio Dengan Audio Di Mobil
Untuk mewujudkan hal tersebut, Ahau membuatkan dengan konsep easy listening. “Yang menjadi tantangan ialah menghadirkan suara natural, menampilkan jenis suara vokal, akustik yang natural, dan meminimalkan perbedaan suara rekaman studio degan audio di mobil,” ucap Ahau.
Sementara treatment yang dilakukan adalah pemanfaatan peredam pada sekitar speaker dan memaksimalkan original placement tiap speaker tanpa merubah originalitas. Formasinya sendiri head unit OEM, speaker 2-way di depan, 1 set speaker coaxial di kabin tengah, dan 1 unit subwoofer di bagasi. Sebagai penyempurna, terdapat 2 unit power, capasitor bank dan processor teranyar dari Venom.
“Head unit bawaan saya nilai cukup untuk menghadirkan suara yang berkualitas. Dan cukup mewakili teknologi jaman sekarang, dengan adanya CD/MP3, USB, iPod, Aux-in dan Bluetooth,” teranng Ahau. Sementara speaker 2-way diaplikasi untuk menjaga estetika akustik mobil. “Selain itu, speaker 2-way cukup untuk menampilkan keinginan suara yang dicari dengan memaksimalkan processor Venom Pandora,” tambah Ahau.
“Depan 2-way, tengah coaxial, dan 1 subwoofer. Itu sudah menjadi komposisi yang pas, maka detail suara akan terdengar, baik aku duduk di depan, maupun di belakang. Lagi pula kalau orang studio sukanya 2-way,” ucap ayah Aurel dan Azriel ini.
Sempat Komplain
Hasil gaapan Ahow Sound tak lantas berjalan mulus begitu saja. “Aku sempet komplain, pada frekuensi 12 kHz-nya nggak enak, agak sakit di kuping. Tapi Ahau segera mengatasinya,” kata Anang.
Pada subwoofer, anang merequest ukuran 12 inci. “Kenapa aku minta 12 inci, karena aku nggak mau kesan low-nya maksa. Kalau ukuran kekecilan, saat di-boost nggak enak. Aku bilang sama Ahau, 60 dan 80 Hz-nya keluar nih meskipun pelan, jadi ambience-nya terasa. Itu akan nyaman ketika kita dengar, apalagi lagu yang jenisnya balada, itu pasti enak dan nyaman,” jelas Anang.
“Hasilnya bisa merefleksikan hampir semua jenis musik dan lagu secara baik dan natural,” tukas Ahau. “Aku puas dengan hasilnya, Venom mampu menyajikan sekian banyak frekuensi dengan baik,” tutup Anang.
Spek Audio Jeep Wrangler Sahara Anang Hermansyah
Speaker : Venom VI2.5 (tweeter) + Venom VI6.3 (midbass) + Venom VX602BII (coaxial)
Subwoofer : Venom VI12D
Power : Venom VI150.4 + Venom V1900D
Processor : Venom Pandora VPR-1
Capacitor Bank : Venom VC2.5F
Speaker Cable : Venom/Virus 16 AWG
RCA Cable : Venom
Stroom Cable : Venom/Virus 4 AWG
Powered by : Ahow Sound