Mendapatkan rumah yang cocok di hati dan di kantong, ibarat mencari jodoh. Gampang-gampang susah. Kalau ceroboh dan terburu-buru, hasilnya justru mengecewakan. Untuk itu Tips awal yang harus Anda pahami adalah waspada terhadap jebakan-jebakan iklan perumahan seperti:
1. Iklan Waktu Tempuh. Bila ada iklan perumahan yang mengatakan, lokasinya hanya 10 menit dari pintu tol atau 20 menit dari jalan utama, jangan langsung percaya. Bisa saja hal itu hanya berlaku di akhir minggu atau di tengah malam. Cobalah mengujinya sendiri pada hari kerja dan jam-jam sibuk.
2. Iklan Harga Awal. “Harga Mulai Rp 50 Juta”. Anda jangan buru-buru bersorak. Karena harga yang sengaja dicantumkan, adalah harga untuk tipe rumah terkecil dengan kualitas terjelek. Letaknya pun di pelosok komplek.
3. Iklan Uang Muka. Jangan tergiur pada iming-iming “Uang Muka Hanya Rp 5 Juta!”. Seringkali jumlah uang muka yang dicantumkan belum termasuk pajak, biaya administrasi dan biaya tetek bengek lainnya. Ujung-ujungnya, uang muka sebenarnya yang harus Anda bayar nyaris 2 kali lipat.
4. Iklan Lokasi. “Dapatkan Hunian di Selatan Jakarta!”. Jangan salah, selatan Jakarta tidak selalu berarti wilayah Jakarta Selatan, namun bisa juga berada luar provinsi DKI Jakarta.
5. Iklan Tersembunyi. Perhatikan tanda (*) yang biasa dicantumkan di belakang kata-kata tertentu. Keterangan dari tanda (*) itu biasanya ditulis kecil-kecil di bagian bawah iklan dan kerap diabaikan. Jangan sampai Anda malah jadi kecele dan sewot karena merasa tejebak.
Setelah Anda memahami iklan perumahan tersebut, Anda jangan terburu-buru untuk memutuskan bahwa hunian tersebut cocok untuk Anda. Langkah selanjutnya yang harus Anda tempuh adalah dengan melakukan survey lapangan. Tips berikut ini akan memandu Anda dalam melakukan survey perumahan:
1. Waktu Survey. Lakukan survey rumah di musim hujan. Dengan begitu, Anda bisa benar-benar tahu apakah lokasi yang dipilih termasuk area banjir atau tidak. Kebocorn bangunan juga biasanyabaru diketahui saat banjir.
2. Sistem Drainase. Sistem penyeluran air hujan juga perlu ditanyakan. Ada tidaknya area resapan, luas dan kedalaman got, serta gorong-gorong, menekan kemungkinan terjadinya genangan air di kala hujan.
3. Lingkungan Rumah Tinggal. Tanyakan pula tentang pengelolaan sampah dan keamanan di komplek perumahan. Adakah sistem terpadu dari pihak pengembang? Atau jangan-jangan penghuninya harus mengembangkan sendiri. Waspadai pula, statement pengembang yang menyatakan “nantinya jalan depan rumah ini akan diperlebar” atau “Jalan buntu ini bukan masalah karena hal ini bisa dibicarakan dengan pemilik tanah sebelah.”, dsb.
4. Master Plan Pembangunan Kota. Perhatikan juga rencana pemerintah daerah di sekitar area yang akan dihuni. Bisa jadi jalan umum di depan rumah dinaikkan, sehingga akhirnya tanah rumah Anda menjadi lebih rendah. Akibatnya, setiap datang hujan, air dengan mudah dapat meluncur turun ke rumah Anda.
5. Periksa Status Tanah. Apakah tanah dan rumah tersebut betul-betul sudah dibebaskan ataukah masih dalam sengketa?Anda bisa mengeceknya melalui ketua RT/RW setempat atau mungkn sampai ke BPN wilayah Anda.