Tidak ada imunitas terhadap pertusis. Pencegahan dapat dilakukan secara aktif dan secara pasif. Secara aktif ialah dengan memberikan. vaksin pertusis dalam jumlah 12 unit dibagi dalam. 3 dosis dengan interval 8 minggu.
Penyelidikan imunologis membuktikan seorang neonatus yang diberikan vaksin pertusis pada umur 1 – 15 hari dapat membentuk antibodi. Oleh karena itu sebenarnya vaksin pertusis telah dapat diberikan pada masa neonatus dan kemudian disusul dengan pemberian vaksin DPT.
Di Negara dimana pertusis didapatkan secara endemic hendaknya dipertimbangkan pemberian, vaksin pertusis pada neonatus seperti yang telah dilakukan di Negeria, dimana pada 48 jam pertama neonatus mendapat vaksin pertusis pertama. Ternyata cara ini sama efektifnya dengan cara pemberian imunisasi setelah umur 1 bulan. Vaksin pertusis bare diberikan pada umur 2 bulan agar dapat diberikan bersama – sama dengan toksoid tetanus dan toksoid difteria.
Dinyatakan bahwa imunisasi yang diberikan 2 kali dengan interval 60 hari atau lebih menghasilkan imunitas sama dengan imunisasi 3 kali interval 1 bulan.
Dengan didapatkannya komplikasi seperti kejang, renjatan, meningismus dan didapatkannya gejala sisa setelah kejang pasca vaksinasi pertusis seperti retardasi mental, epilepsy, herniparesis maka dianjurkan untuk tidak memberikan vaksinasi pertusis bila mana anamnesis didapatkan riwayat kejang, iritasi cerebral selama neonatus, epilepsi dalam keluarga atau penyakit susunan saraf pusat, adanya defek neurologis atau anak sedang menderita sakit, khususnya penyakit traktus respiratorius yang disertai panas, reaksi lokal atau umum yang gawat setelah mendapat vaksinasi pertusis yang lalu.
Komplikasi neurologis yang gawat setelah imunisasi dengan pertusis adalah 1 dalam dengan imunisasi. Sekuele neurologis sebanyak 1 dalam 310.000 dan sekuele neurologis setelah imunisasi dasar lengkap ialah 1 dalam 100.000.
Meskipun demikian imunisasi terhadap pertusis diberikan hanya sampai umur 6 tahun berdasarkan pertimbangan morbiditas pertusis yang menurun dengan bertambahnya umur sedangkan kemungkinan komplikasi neurologis pasca vaksinasi bertambah.
Secara pasif pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan kemoprofilaksis. Ternyata eritromisin dapat mencegah terjadinya pertusis untuk sementara waktu. Pada anak dibawah umur 2 tahun yang belum pernah di vaksinasi dapat diberikan immunoglobulin pertusis sebanyak 1,5 ml secara intramuscular dan diulang setelah 3- 5 hari.