LUTIMNEWS.COM – Kebutuhan untuk memperpanjang peiode puasa (misalnya NPO setelah tengah malam) sebelum induksi anestesi pada anak-anak dipertanyakan sekarang ini.
Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang diijinkan untuk minum cairan bersih sampai 2-3 jam induksi anestesi tidak menyebabkan peningkatan volume gastrik atau kadar keasaman puasa malam.
Maka, ahli anestesiologi pediatrik liberal NPO sekarang memperhatikan kebutuhan pasien mereka. Makanan padat, meliputi susu, formula dan produk susu, masih tidak diijinkan pada hari pembedahan.
Anak-Anak boleh minum cairan (sampai 10 ml/kg) sampai 2-3 jam setelah pembedahan. Penting untuk dicatat bahwa petunjuk ini berlaku hanya untuk cairan ( tidak padat) pada anak-anak.
Keuntungan – keuntungan waktu puasa lebih pendek meliputi mengurangi kegelisahan dan haus selama menunggu pembedahan, mengurangi hypotension hypovolemic-induced selama induksi dan mengurangi hypoglikemi.
Kebutuhan akan pemberian rutin cairan intravena selama pembedahan rawat jalan pada pediatrik masih kontroversi.
Anak-Anak yang mengalami prosedur pembedahan singkat (misalnya myringotomi) tidak boleh diberikan cairan parenteral selama mereka tidak kelaparan pada preoperatif, dan diharapkan untuk mampu mencerna dan mempertahankan cairan oral segera setelah mereka sadar.
Pada hampir semua anak-anak, pemberian cairan pemeliharaan intraoperatif dapat dihitung berdasarkan berat badan anak menurut rumus standar.
Terapi cairan intravena selama dan setelah pembedahan khususnya pada operasi yang lebih lama (lebih dari 30-60 menit), yaitu prosedur yang diketahui berhubungan dengan terjadinya mual dan muntah setelah operasi (misalnya pembedahan strabismus) dan anak-anak muda yang telah puasa dalam waktu yang lama.
Jika kehilangan berlanjut setelah operasi akibat muntah atau ketidak-mampuan untuk mentoleransi PO intake harus diantisipasi, sebaiknya dimulai dengan mengantisipasi defisit sejak dini sehingga yakin bahwa hidrasi anak baik ketika siap untuk pulang, dan oleh karena itu hindari menunda pemberian cairan.
Hidrasi parenteral yang cukup juga menghindari pemaksaan pada anak-anak untuk mencerna cairan oral sebelum diijinkan untuk pulang.
Studi terbaru mengkonfirmasikan bahwa anak-anak yang dipaksa minum sebelum meninggalkan fasilitas mempunyai insiden yang lebih tinggi untuk timbulnya muntah, dan terlambat pulang ke rumah, dibanding anak-anak yang diijinkan untuk minum hanya ketika mereka haus cukup dengan meminta suatu minuman.
Goodwin dkk membandingkan seratus pasien terminasi kehamilan yang menerima 150 ml cairan 1,5 – 2 jam sebelum anestesi sedang sisanya berpuasa dari tengah malam pada malam sebelumnya. Tidak ada peristiwa intraoperatif kurang baik dicatat pada tiap kelompok.
Elhakim M dkk : Kehilangan cairan oral sebelum pembedahan diduga menyebabkan nausea post operatif dan diselidiki pada seratus pasien terminasi kehamilan.
Satu kelompok menerima 1000 ml cairan laktat sodium campuran selama pembedahan dan yang lain tidak menerima cairan intraoperatif. Hasilnya adalah yang mendapat cairan intraoperatif memperoleh manfaat yaitu mengurangi terjadinya mual dan muntah setelah operasi pada day-case surgery..
Yogendran S dkk : yang menyelidiki dampak cairan perioperatif pada klinis yang kurang baik dengan pembedahan rawat jalan, 200 pasien ASA I – III dibagi dalam dua kelompok untuk menerima infus larutan elektrolit isotonik, status yang tinggi ( 20 ml/kg) dan yang rendah( 2 ml/kg) lebih dari 30 menit preoperatif.
Hasilnya insiden dahaga, keadaan mengantuk dan dizzines menurun pada kelompok infus tinggi pada semua interval, dan menganjurkan hidrasi perioperatif 20 ml/kg untuk pasien yang menjalani anestesi umum pada pembedahan rawat jalan.
Green CR dkk : Menurut sejarah, pasien dewasa yang berpuasa 8-12 jam sebelum pembedahan untuk mengurangi volume gastrik dan resiko pneumonia aspirasi. NPO setelah tengah malam merupakan waktu yang dipesan pada pasien preoperative.
Bagaimanapun, berpuasa lama lebih dipilih untuk operasi elektif tidak hanya pada pasien yang gelisah tetapi mempunyai efek detremental. Puasa yang lama mengganggu pada anak-anak, disamping itu menyebabkan, dehidrasi, hypovolemia dan hypoglikemia.
***
Sepanjang 10 tahun terakhir, beberapa dokumen sudah menentang praktek tradisional pasien berpuasa presurgical selama 8 jam atau lebih. Studi lain menunjukkan bahwa cairan dicernakan oleh lambung kurang dari 2 jam pada orang dewasa dan anak-anak.
Studi lain menunjukkan bahwa proses pencernaan preoperatif menyebabkan pengosongan lambung dan dihubungkan dengan perubahan minimal pH lambung. Sekarang ini, pengarang beberapa NPO kebijakan editorial mungkin membantu.
Disamping penerbitan ini, kita mendalilkan kebanyakan ahli anestesiologi itu tidak mempunyai perubahan kebijakan NPO mereka untuk mengijinkan pemberian cairan pasien dengan jadwal prosedur elektif.