LUTIMNEWS.COM – Pasien yang menjalani prosedur pembedahan yang singkat yang kurang dari 30 menit pada prinsipnya tidak menyebabkan hilangnya cairan yang berarti.
Oleh karena itu, penanganan cairan pada periode perioperatif, dilakukan untuk mengganti defisit cairan preoperatif yang berlebihan, hilangnya cairan intraoperatif dan mengantisipasi kebutuhan cairan post operatif.
Terapi cairan intravena pada anak selama dan setelah pembedahan, diberikan pada operasi yang lebih lama ( 30-60 menit), prosedur khusus yang dapat menyebabkan terjadinya nausea dan vomiting dan pasien yang lama puasa atau tidak dapat intake oral setelah operasi.
Pada kasus pembedahan satu hari (one-day surgery) lebih sedikit pendarahan sehingga untuk pasien orang dewasa puasa setelah tengah malam, pendarahan minimal dan jarang timbul vomiting, tidak memerlukan cairan untuk itu.
Salah satu perubahan dramatis dalam pelayanan kesehatan selama dua dekade telah (menjadi) suatu pergeseran dari pasien rawat inap. ke pasien rawat jalan perawatan ini disebut juga pembedahan rawat jalan (ambulatory surgery) atau one-day surgery.
Pemilihan pasien berdasarkan pada keinginan untuk mengurangi biaya dan mempertahankan kualitas pelayanan, sehingga morbiditas dari prosedur atau penyakit sebelumnya tidak bertambah parah dibanding jika pasien telah diopname.
***
Untuk keamanan ekonomi diusahakan tidak menerima pasien sebelum malam atau mereka tinggal di rumah sakit pada malam setelah pembedahan telah menjadi daya dorong yang utama untuk perubahan ini.
Keuntungan lain pembedahan pasien rawat jalan meliputi dapat berjalan lebih awal, pasien punya waktu sebaik-baiknya, dan mengurangi suatu resiko infeksi nosokomial.
Keuntungan ekonomi dapat dilakukan dengan:
- Penggunaan anestesi jalur cepat seperti VIMA dengan Sevoflurane untuk orang dewasa dan anak-anak.
- Pemberian cairan hanya dengan indikasi
- Puasa singkat misalnya diijinkan minum cairan 150 ml sampai dua jam sebelum anestesi.
Restriksi cairan dan makanan sebelum pembedahan rawat jalan akan mengurangi resiko terjadinya pneumonitis dan obstruksi jalan napas serta aspirasi cairan gastrik, pasien secara rutin diminta tidak makan makanan padat sedikitnya 6-8 jam sebelum pembedahan atau setelah tengah malam.
Kebutuhan untuk melarang proses pencernaan cairan, pada periode preoperatif sampai 2 jam sebelum induksi anestesi sedang dievaluasi kembali. Proses pencernaan cairan tidak meningkatkan volume cairan gastrik saat induksi anestesi. Pemberian obat aman sampai 150 ml air.
Semua pasien kecuali yang mengalami prosedur pembedahan minor memerlukan akses vena dan terapi cairan intravena. Beberapa pasien memerlukan transfusi komponen darah atau darah. Pemeliharaan volume normal intravaskular sangat diperlukan pada periode perioperatif.
Ahli anestesi harus bisa menduga volume intravaskular dengan teliti, cairan pengganti, defisit elektrolit dan kehilangan cairan berkelanjutan. Kesalahan dalam penggantian cairan atau transfusi dapat mengakibatkan morbiditas atau bahkan kematian.
Terapi cairan perioperatif meliputi penggantian kehilangan cairan normal (maintenance kebutuhan) defisit cairan sebelumnya, dan kehilangan akibat luka pembedahan termasuk kehilangan darah.
Tidak adanya intake oral, defisit cairan dan elektrolit dapat dengan cepat menyebabkan formasi urine kontinyu, sekresi gastrointestinal, berkeringat dan insensible loss dari kulit dan traktus respiratorius. Pemeliharaan kebutuhan normal dapat diperkirakan sebagai berikut:
Perkiraan kebutuhan cairan pemeliharaan. Contoh: berapakah kebutuhan cairan pemeliharaan untuk anak 25 kg?
Berat | Nilai |
0-10 kg | 4 ml/kg/jam |
10-20 kg | Ditambah 2 ml/kg/jam |
> 20 kg | Ditambah 1 ml/kg/jam |
Jawaban: 40+20+5= 65 ml/jam.
Larutan seperti D5 1/4 N dan D5 1/2 N sering digunakan karena kehilangan bersifat normal hypotonik (kehilangan air lebih banyak dibanding kehilangan sodium). Pasien yang direncanakan untuk pembedahan setelah puasa malam tanpa masukan cairan akan mengalami defisit yang sebanding dengan lamanya puasa sebelumnya.
Defisit dapat diperkirakan dengan mengalikan pemeliharaan normal rata-rata dengan lama puasa. Seseorang dengan berat 70 kg berpuasa selama 8 jam, ini berjumlah ( 40+20+50)=110 ml per jam atau 880 ml dan jika berpuasa dari cairan 2 jam sebelum anestesi, ini berarti defisit cairan hanya 220 ml.
Kehilangan cairan abnormal yang sering berperan pada defisit preoperatif, yaitu perdarahan preoperatif, muntah, diuresis, diarrhea. Kehilangan cairan yang disebabkan oleh trauma atau infeksi jaringan atau ascites juga berpengaruh.
Meningkatnya sensible loss akibat hyperventilasi, berkeringat dan demam sering diabaikan, sebaiknya, semua defisit preoperatif harus diganti pada semua pasien. cairan yang digunakan harus sesuai dengan komposisi cairan hilang.