Referat Kedokteran: Penatalaksanaan dan Prognosis Epilepsi


Penatalaksanaan dan Prognosis EpilepsiPenatalaksanaan epilepsi adalah untuk mencegah kejang timbul kembali. Pemilihan obat anti epilepsi berdasarkan tipe kejang, dan sedapat mungkin menggunakan satu macam obat.

Namun aspek pengobatan saja tidak cukup. Harus pula diperhatikan faktor perubahan kognitif dan psikologi pada penderita epilepsi.

 

Pengobatan Medikamentosa

Pada epilepsi yang simptomatis dimana kejang yang timbul merupakan manifestasi penyebab dari tumor otak, radang otak, gangguan metabolik, maka disamping pemberian obat anti epilepsi diperlukan pula terapi kausal. Beberapa prinsip dasar yang perlu dipertimbangkan:

 
  • Pada kejang yang sangat jarang dan dapat dihilangkan faktor pencetusnya, pemberian obat harus dipertimbangkan.
  • Pengobatan diberikan setelah diagnosis ditegakkan, berarti pasien mengalami lebih dari dua kali epilepsi yang sama.
  • Obat yang diberikan sesuai dengan jenis kejang.
  • Sebaiknya menggunakan monoterapi karena dengan cara ini toksisitas akan berkurang, mempermudah pemantauan, dan menghindari interaksi otot.
  • Dosis obat disesuaikan secara individual.
  • Evaluasi hasil.
  • Pengobatan dihentikan setelah kejang hilang selama minimal 2-3 tahun. Pengobatan dihentikan secara beransur dengan menurunkan dosisnya.

Berdasarkan bentuk bangkitan yang sering timbul pada epilepsi bangkitan parsial yaitu, bangkitan parsial sederhana, bangkitan parsial kompleks, bangkitan umum tonik klonik, maka obat yang efektif adalah:

BACA:  Patogenesis Depresi Mayor: Hipotesis Amine dan Perkembangannya

1)      Fenitoin

Berguna sebagai antikonvulsi tanpa menekan aktivitas SSP, relatif paling aman. Efek samping yang mungkin timbul berupa vertigo, tremor, disartri, diplopia, nistagmus, dan nyeri kepala. Keluhan-keluhan tersebut dapat timbul pada permulaan terapi atau bila kadarnya dalam darah melebihi 20 ug/ml.

Pada kadar 30 ug/ml timbul ataksia dan pada kadar 40 ug/ml timbul gangguan mental yang bervariasi antara bingung sampai gelisah, bahkan delirium dan psikosis.

Gejala-gejala ini akan beransur menghilang bila penggunaannya dihentikan. Selama proses pengurangan gejala dapat timbul keluhan intelektual, gangguan inisiatif dan pemenuhan kebutuhan primer. Gejala ini terutama muncul pada anak-anak dengan minimal brain damage anak-anak dengan gejala kenakalan dan sedikit terbelakang.

2)      Karbamazepin

Dapat menimbulakan keluhan pusing, ataksia, mual dan muntah. Kadang disertai rasa lelah, bingung, bicara berlebihan dan gangguan penglihatan berupa diplopia dan penglihatan kabur. Obat ini juga dapat mengganggu fungsi hati dan menyebabkan anemia aplastik.

Selain itu, karbamazepin juga punya efek psikotropik yang dapat menguntungkan pada anak- anak yang mempunyai gangguan emosional.

BACA:  Referat Kedokteran: Pencegahan Penyakit Pertusis (Batuk Rejan)

Efek ini berupa, penderita menjadi lebih `gesit` dan cekatan, gangguan tingkah laku menjadi berkurang sehingga obat ini banyak digunakan pada penderita epilepsi yang menunjukkan gejala kompleks yang dahulu dikenal dengan epilepsi lobus temporalis. Efek ini tidak selalau sejajar dengan efek anti konvulsinya.

3)      Fenobarbital

Masih digunakan secara luas, terutama karena harganya yang paling murah. Obat ini diketahui dapat menimbulkan efek samping berupa hiperaktivitas pada anak- anak. Selain itu pada masa awal pengobatan, efek sedatifnya dapat sangat mengganggu, terutama bila si anak harus ke sekolah.

Efek sedasinya bisa akan menghilang setelah beberapa minggu tetapi efek hiperaktifitas bila memang timbul kadang-kadang memerlukan perhatian khusus dan bila perlu penggantian obat. Anak- anak epilepsi yang diobati dengan fenobarbital, 80% di antaranya menjadi nakal, agresif, perhatian mudah teralih dan hiperaktif, karena kebanyakan di antara mereka kadar serumnya rendah.

Bila penggunaannya dihentikan, 40% dari anak hiperaktif itu menjadi normal kembali. Perwujudan toksisitas lain ialah gangguan suasana hati (jiwa) dan kecerdasan. Pengunaan fenobarbital menjadi depresif dan fungsi kognitifnya terganggu sehingga menghambat proses belajar, daya tangkap dan ingatan akan hal-hal baru menjadi lemah.

BACA:  Referat Kedokteran: Insidens dan Epidemiologi Penyakit Akalasia

Pengobatan Psikososial

Pasien diberikan penerangan bahwa dengan pengobatan yang optimal sebagian besar akan terbebas dari kejang. Pasien harus patuh dalam menjalani pengobatannya sehingga dapat bebas dari epilepsi dan dapat belajar, bekerja, dan bermasyarakat secara normal.

Prognosis Epilepsi

Prognosis epilepsi bergantung pada beberapa hal, diantaranya jenis epilepsi, faktor penyebab, saat pengobatan dimulai, dan keteraturan minum obat. Pada umunya prognosis epilepsi cukup baik.

Pada 50-70% penderita epilepsi, serangan dapat dicegah dengan obat- obat, sedangkan sekitar 50% pada suatu waktu dapat berhenti minum obat. Serangan epilepsi primer, baik yang bersifat kejang umum maupun serangan lena atau melamun atau absence mempunyai prognosis baik.

Sebaliknya epilepsi yang serangan pertamanya mulai pada usia 3 tahun atau yang disertai kelainan neurologik dan atau retardasi mental mempunyai prognosis relatif jelek. Pada epilepsi dengan tipe bangkitan mioklonik, prognosisnya sangat buruk jika ia disebabkan oleh anoksia.