Obat-Obat Antipsikotik


Obat-obat AntipsikotikPsikosis merupakan suatu derajat keparahan bukan menunjukkan gangguan spesifik. Pasien psikotik mengalami gangguan penilaian realita yang berat dan sering disertai disablitias kognitif dan emosi sehingga kemampuan berfungsi normal sangat terganggu.

Pasien sering berbicara dan berperilaku aneh, mengalami halusinasi, dan mempertahankan ide-ide yang tidak sesuai dengan fakta (waham). Mereka sering mengalami kebingungan dan disorientasi serta sering tidak menyadari penyakitnya (tilikan kurang).

 

Antipsikotik (juga disebut neuroleptics) adalah kelompok obat-obatan psikoaktif umum tetapi tidak secara khusus digunakan untuk mengobati psikosis, yang ditandai oleh skizofrenia. Obat antipsikotik memiliki beberapa sinonim antara lain neuroleptik dan transquilizer mayor. Seiring waktu berbagai antipsikotik telah dikembangkan.

BACA:  Diagnosis dan Penatalaksanaan Pada Sinus Bradikardi

Antipsikotik generasi pertama, yang dikenal sebagai antipsikotik tipikal, ditemukan pada 1950-an.  Sebagian besar obat-obatan pada generasi kedua, yang dikenal sebagai antipsikotik atipikal, baru-baru ini telah dikembangkan, meskipun anti-psikotik atipikal pertama, clozapine, ditemukan pada 1950-an, dan diperkenalkan secara klinis pada 1970-an. Kedua kelas obat-obatan cenderung untuk memblokir reseptor di otak jalur dopamin, tetapi obat-obatan antipsikotik mencakup berbagai target reseptor.

 

Antipsikotik adalah obat-obatan “transquilizer mayor” yang menyebabkan terjadinya revolusi di bidang psikiatri dengan memberikan penatalaksanaan yang efektif terhadap sejumlah besar kasus penderita psikotik.

BACA:  Indikasi Terapeutik Obat Antipsikotik

Ciri Obat-Obat Antipsikotik

Antipsikotik bermanfaat pada terapi psikosis akut maupun kronik, suatu gangguan jiwa yang berat. Ciri terpenting obat antipsikosis ialah :

(1) berefek antipsikosis, yaitu berguna mengatasi agresivitas, hiperaktivitas dan labilitas emosional pada pasien psikosis;

(2) dosis besar tidak menyebabkan koma yang dalam ataupun anesthesia;

(3) dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang reversible ataupun ireversibel. Pada neuroleptik yang baru, efek samping ini minimal sehingga antipsikotik  menurut efek samping ekstrapiramidal yang ditimbulkan terbagi menjadi antipsikotik yang tipikal (efek samping ekstrapiramidal yang nyata) dan antipsikotik yang atipikal (efek samping ekstrapiramidal yang minimal);

BACA:  Diagnosis dan Penalaksanaan pada Penyakit CROHN

(4) tidak ada kecenderungan untuk menimbulkan ketergantungan fisik dan psikis.