Penatalaksanaan Pada Obesitas


Obesitas adalah keadaan di mana terdapat kelebihan lemak dalam tubuh. Standar definisi dari obesitas dan overweight dilihat berdasarkan indeks massa tubuh (IMT). IMT diukur dengan satuan berat badan dan tinggi badan (Berat badan/tinggi badan (kg/m2)).

Obesitas dapat meningkatkan mortalitas (angka kematian) seseorang dengan penyakit kronis yang mengancam jiwa seperti diabetes melitus tipe 2, penyakit jantung dan pembuluh darah, kantung empedu, sensitifitas hormon dan kanker saluran cerna.

 

Tata laksana

Strategi menurunkan berat badan harus melakukan modifikasi diet, aktivitas fisik, kebiasaan dan hindari stress. Diet yang dianjurkan adalah makan yang secukupnya, kurangi konsumsi makan-makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak. Kira-kira karbohidrat yang dikonsumsi 55-65% dari total energi. Buah-buahan, gandum dan sayuran diperbanyak, dan kurangi konsumsi alkohol.

 

Salah satu faktor yang tidak kalah penting untuk program penurunan berat badan adalah meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari. Aktivitas fisik yang dianjurkan untuk obesitas adalah aktivitas yang tidak terlalu berat seperti jalan kaki dan turun-naik tangga. Aktivitas yang intensitas rendah sampai sedang sangat dianjurkan:

  • Jalan cepat pada permukaan yang rata
  • Jogging
  • Bersepeda permukaan rendah
  • Bersepeda mendaki
  • Berkebun-menanam pohon, memotong ranting Memotong kayu
  • Melukis
  • Mengepel lantai
  • Membersihkan jendela Berenang
  • Memancing
  • Bermain bola
  • Badminton
  • Bermain basket
  • Golf – berjalan dan membawa-bawa tongkat
BACA:  8 Cara Mempercepat Pembakaran Kalori

Apabila sudah melaksanakan perubahan gaya hidup diatas, namun masih belum berhasil, dapat konsultasikan ke dokter anda untuk penatalaksanaan dengan obat-obatan maupun tindakan lainnya (operasi).

Indikator penting bagi dokter untuk memberikan obat-obatan adalah:

  • Metode penurunan badan yang lain tidak berhasil
  • Indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 27 dan mempunyai komplikasi medis dari obesitas seperti, diabetes, tekanan darah tinggi, atau sleep apneu.
  • IMT anda lebih dari 30

Ada dua obat resep yang sudah di izinkan oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk pengobatan jangka panjang obesitas. Yaitu;

BACA:  Kenali Tanda dan Gejala Penyakit AIDS

Sibutramine

Obat ini merubah persarafan di otak anda, yang membuat anda lebih cepat merasa kenyang. Efek samping obat ini meningkatkan tekanan darah, sakit kepala, mulut kering, konstipasi dan insomnia.

Orlistat (Xenical)

Cara kerja obat ini adalah mencegah penyerapan lemak dalam usus anda. Lemak yang tidak terserap akan dibuang bersama tinja. Efek samping yang timbul adalah peningkatan gerakan usus. Karena obat ini juga akan menyerap nutrisi selain lemak, dokter anda akan menyarankan untuk mengkonsumsi multivitamin.

Apabila anda sudah melakukan penatalaksanaan diatas tetapi tidak berhasil, maka tata laksana operasi dapat menjadi pilihan. Operasi dipikirkan jika;

Indeks massa tubuh (IMT) anda 40 atau lebih

IMT anda 35 sampai 39,9 dan anda mempunyai komplikasi lain yang berhubungan seperti tekanan darah tinggi dan diabetes. Operasi bypass lambung, yang akan merubah anatomi dari saluran pencernaan untuk mengontrol masuknya makanan yang anda makan.

BACA:  Penggunaan Antibiotik Untuk Pengobatan

Dokter bedah akan membuat kantung di bagian atas lambung yang akan disambung dengan usus halus. Maka makanan yang masuk, langsung menuju kantung dan langsung ke usus halus. Lambung akan tetap mengeluarkan cairannya untuk membantu menghancurkan makanan.

Tindakan ini dapat menimbulkan efek samping seperti pneumonia, pembekuan darah dan infeksi bisa terjadi. Penurunan berat badan yang terlalu cepat akan menghasilkan batu empedu, hernia (pada tempat pemotongan). Bypass lambung juga dapat menimbulkan sindrom dumping, suatu kondisi dimana isi perut terlalu cepat masuk ke usus halus, menyebabkan mual, muntah, diare, pusing dan berkeringat.

Risiko Obesitas

Obesitas dapat meningkatkan mortalitas (angka kematian) seseorang dengan penyakit kronis yang mengancam jiwa seperti diabetes melitus tipe 2, penyakit jantung dan pembuluh darah, kantung empedu, sensitifitas hormon dan kanker saluran cerna. Risiko juga meningkat pada kondisi-kondisi yang tidak fatal seperti nyeri pinggang, artritis, infertilitas, dan gangguan psikososial.