Penyebab dan Cara Mengatasi Mimisan (Epistaksisi) Saat Hamil


Penyebab dan Cara Mengatasi Mimisan (Epistaksisi) Saat HamilLUTIMNEWS.COM – Mimisan atau keluarnya dari hidung yang biasa disebut dalam istilah media dengan Epistaksisi. Adapun yang menyebabkan masalah ini karena pecahnya pembuluh darah (pleksus kieselbach). Mungkin saja Anda sudah tahu jika  seorang wanita sedang hamil maka ada beberapa perubahan yang akan terjadi pada tubuhnya salah satunya yaitu terjadinya mimisan. Mimisan dapat saja dialami oleh siapa saja namun Anda harus tahu khusunya pada ibu hamil jika resiko terjadinya mimisan saat hamil itu lebih besar.

Mimisan pada ibu hamil seperti nya tidak dialami oleh semua wanita yang sedang hamil namun dapat diperkirakan jika satu dari lima wanita hamil dapat mengalami masalah mimisan. Terjadinya mimisan saat hamil biasanya mulai terjadi di akhir trimester pertama, dan berlanjut ke trimester kedua dan ketiga pada masa kehamilan, kemudian akan hilang dengan sendirinya setelah melahirkan. Adapun yang menyebabkan terjadinya mimisan saat hamil disebabkan karena adanya pengaruh hormon selama masa kehamilan, yaitu progesteron dan estrogen.

 

Ketika hormon ini meluap maka dapat menyebabkan iritasi sehingga menimbulkan masalah peradangan yang dialami oleh hidung, sehingga memicu produksi lendir di hidung. Selain dari itu, meluapnya hormon ini membuat pembuluh darah di hidung membengkak, mengering, dan mudah berdarah. Pada saat yang sama, terjadi juga peningkatan volume darah pada pembuluh darah di seluruh tubuh (termasuk hidung). Peningkatan volume darah tersebut akan memberikan tekanan pada pembuluh-pembuluh darah yang tipis di hidung sehingga membuat pembuluh darah di hidung mudah pecah dan terjadi mimisan (Epistaksisi).

BACA JUGA:  Tips Menghilangkan Stres Secara Alami

Mimisan itu sendiri memilki dua jenis tergantung keparahannya

 
  • Mimisan Ringan

Mimisan ringan terjadi pada wanita hamil karena darah yang keluar berasal dari bagian depan rongga hidung atau anterior. Mimisan ringan ini pada umumnya tidak menimbulakan efek berbahaya bagi wanita hamil.

Biasanya, mimisan ringan disebabkan oleh pilek, infeksi sinus, alergi, sensitif terhadap perubahan cuaca, kekurangan kalsium,vitamin C, dan ada benda-benda asing yang masuk ke dalam hidung yang menyebabkan iritasi. Kondisi udara yang dingin dan kering juga bisa memicu terjadinya mimisan. Kondisi udara yang dingin dan kering tersebut membuat lapisan dalam hidung mengering sehingga mudah terluka dan terinfeksi.

 
  • Mimisan Berat

Disebut mimisan berat, bila ibu hamil mengalami mimisan yang sumbernya dari dalam atau posterior, yaitu pembuluh darah yang terletak di bagian belakang hidung (di antara langit-langit mulut dan rongga hidung).

Jenis mimisan ini biasanya akan menimbulkan perdarahan yang cukup berat dan pendarahannya agak sulit dihentikan. Ibu hamil perlu waspada bila mimisan terjadi cukup sering, hampir 1-2 hari sekali mengalami pendarahan dan terjadi berhari-hari.

Jika mengalami mimisan berat, maka harus segera diatasi. Kalau tidak segera diatasi, maka ibu hamil bisa mengalami kekurangan darah, tekanan darah ibu hamil juga bisa mendadak turun sehingga ibu hamil bisa pingsan.

BACA JUGA:  Tips Ampuh Mengobati Sariawan Secara Alami

Ibu hamil yang mengalami mimisan berat harus waspada dan sebaiknya segera mendapat penanganan yang tepat dari dokter. Karena, mimisan berat (mimisan yang berasal dari dalam) dapat mengindikasikan adanya suatu penyakit serius yang diderita ibu hamil, seperti kanker darah (leukimia), darah sulit membeku (hemofilia), tekanan darah tinggi (hipertensi), tumor pada hidung, dan lain sebagainya.

Cara Mengatasi Mimisan Saat Hamil

Berikut ini beberapa hal yang harus dilakukan saat terjadi mimisan:

1. Saat mimisan, duduk dan arahkan kepala ke depan, dan tekanlah kedua cuping hidung selama 5 sampai 10 menit, bernafaslah dari mulut. Jangan berbaring atau mendongakkan kepala ke atas karena darah di hidung dapat tertelan yang membuat Anda mual bahkan muntah.

2. Untuk membantu menghentikan perdarahan, tekanlah kedua cuping hidung bersamaan menggunakan ibu jari dan telunjuk selama 10 menit. Teruskan 10 menit lagi, jika perdarahan belum berhenti.

3. Jagalah hidrasi dan kelembaban hidung. Minumlah banyak air dan hindari kondisi udara yang kering. Jika diperlukan, dapat menggunakan cairan tetes hidung untuk menjaga kelembabannya.

4. Lakukan pengompresan hidung dengan es untuk membuat pembuluh darah di sekitar hidung mengerut agar perdarahan bisa berhenti.

5. Jika pendarahan tidak berhenti setelah 10 menit hidung dipencet atau dikompres dengan es, ulangi lagi terus selama 10 menit, selama tidak terjadi pendarahan yang berat.

BACA JUGA:  Cara Mengatasi Gigi Berlubang

6. Bila mimisan sudah berhenti, hindari mendengus atau bersin terlalu keras karena dapat membuat gumpalan darah yang sudah terbentuk terlepas lagi. Dalam waktu 24 jam setelah mimisan, hindari membungkuk, dan melakukan aktivitas yang berat agar mimisan tidak berulang (terjadi lagi).

Kapan harus segera konsultasi ke dokter?

  • Jika mimisan berlangsung lebih dari 30 menit, sebaiknya segeralah ke dokter.
  • Jika setelah 20 menit hidung dipencet dan dikompres dengan es, pendarahan (mimisan) masih juga belum berhenti, segeralah ke dokter.
  • Jika mimisan sering terjadi (bisa 1-2 kali dalam seminggu), segera periksakan diri ke dokter agar bisa diketahui kondisi yang sebenarnya dan jika diperlukan bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat.
  • Jika terjadi mimisan berat (pendarahan hebat) dari belakang hidung, segeralah ke dokter karena pendarahan berat biasanya sulit untuk ditangani sendiri sehingga butuh bantuan tenaga medis untuk menghentikan pendarahannya.
  • Ibu hamil yang mengalami mimisan juga perlu segera ke dokter bila ibu hamil juga memiliki hipertensi dan mimisan yang terjadi diikuti adanya cedera kepala.

Jangan lupa juga untuk melakukan langkah pencegahan agar perdarahan di hidung (mimisan) tidak terjadi, yaitu dengan banyak minum air putih agar lapisan pembuluh darah yang tipis di hidung tidak kering dan istirahatlah yang cukup. Hindari aktivitas-aktivitas yang bisa melukai hidung, seperti mengorek hidung terlalu dalam dan proses buang ingus yang terlalu keras.