Cacar air merupakan penyakit ringan yang dapat sembuh sendiri. Sebgian besar anak akan mengalami cacar air, sehingga perlu pencegahan karena bekembangnya jumlah populasi anak.
PATOFISIOLOGI
Varisella primer disebabkan oleh virus varicella-zoster, yang merupakan herpes virus. Penyebaran dapat melalui sekresi lendir pernafasan ke saluran nafas, ataupun kontak dengan kulit penderita langsung.
Infeksi paling awal terjadi pada konjungtiva atau mukosa saluran pernafasan bagian atas . Virus bereplikasi di kelenjar getah bening selama 2 – 4 hari dan disertai dengan penyebaran virus melalui darah setelah 4 – 6 hari inokulasi. Virus akan bereplikasi di hati, limpa, dan organ lainnnya. Penyebaran virus kedua melalui darah akan berakhir di kulit setelah 14 – 16 hari pemaparan virus, dan menyebabkan kelainan kulit. Beberapa kondisi berat yang mungkin terjadi adalah infeksi di otak, hati dan paru-paru.
Masa inkubasi virus selama 10 – 21 hari, penderita dapat menularkan sejak 1 – 2 hari sebelum kelainan kulit timbul sampai lesi kulit mengering (5 – 6 hari dari awal lesi kulit pertama timbul ). Walaupun imunitas akan terbentuk setelah infeksi ini, dari beberapa laporan ditemukan adanya infeksi kembali dari virus yang sama.
FREKUENSI
Pada masa sebelum vaksinasi disbarluaskan insidensi pada tahun 1988 – 1994 didapatkan 95,5% orang dewasa 20 – 25 tahun, 98,8% usia 30 – 39 tahun, 99,6% usia > 40 tahun telah kebal terhadap virus ini. Sehingga pada tahun 2000 vaksinasi dilakukan untuk melindungi anak dengan usia 19 – 35 bulan, sehingga terjadi penurunan yang signifikan terhadap angka kejadian varisella di usia-usia tersebut.
Varisella menyebar secara mendunia, tetapi pada masing-masing negara memiliki insidensi yang berbeda bergantung suhu, musim. Insidensi cacar air tidak memiliki predileksi usia dan paling sering terjadi pada anak-anak usia 3 – 6 tahun.
MORTALITAS / MORBIDITAS
Angka kesakitan diakibatkan oleh penyebaran virus dalam darah, infeksi otak dan selaputnya, adanya infeksi bakteri, dan infeksi paru-paru. Komplikasi lainnya berupa rendahnya jumlah trombosit, infeksi pada sendi, infeksi hati dan infeksi ginjal.
Pada wanita hamil, infeksi varisela pada usia kehamilan 20 minggu akan menyebabkan kelainan kongenital pada bayi termasuk atrofi anggota gerak, abnormalitas saraf dan mata, dan juga retardasi mental.
Bayi yang lahir dari ibu yang menderita cacar air beberapa hari sebelum kelahiran atau 2 hari setelah lahir dapat menimbulkan disseminated varicella neonatorum. Lesi perdarahan di hati dan paru-paru merupakan potensi terjadinya kematian.
KLINIS
Timbulnya penderita cacar air biasanya disertai dengan adanya infeksi pada orang-orang disekitarnya, bahkan pada satu daerah. Perlu di ketahui pula status imunisasi pada anak tersebut, atau cacar air sebelumnya.
Gejala yang mungkin timbul berupa :
• Demam
• Kelemahan tubuh
• Mual
• Nyeri kepala
• Lesi kulit yang berbentuk bentolan berisi air, sangat gatal, yang biasanya berawal dari badan dan menyebar keluar (muka, kepala, anggota gerak).
• Lesi dapat juga terjadi di tenggorokan
PEMERIKSAAN FISIK
Diagnosis ditegakkan dengan melihat lesi kulit yang khas, berupa :
• Lesi klasik berupa “air mata” berbentuk oval dengan kemerahan pada kulit bagian dasarnya.
• Lesi kulit timbul pada tubuh dan wajah, dengan diawali bentola kemerahan yang membesar selama 12 – 14 hari menjadi besar, berair, berisi nanah dan kering.
• Lesi biasanya terletak pada sentral tubuh atau anggota gerak bagian proksimal (lengan, paha) dan menyebar ke bawahnya tetapi tidak terlalu banyak.
• Lesi yang terdapat diseluruh tubuh terdiri atas lesi kulit yang tidak seragam (berbeda stadium erupsinya).
• Benjolan berair dapat timbul di mukosa (mulut, penis, vagina) membentuk luka yang tidak dalam.
• Suhu tubuh pasien akan meningkat sampai 39,5 C selama 3 – 6 hari setelah terbentuknya lesi kulit.
• Benjolan dapat berdarah.
• Penyebaran ke kulit lainnya dalam bentuk pengaktifan kembali.
• Dapat disertai dengan nyeri hati (perut atas kanan), dan disertai badan menjadi kuning.
• Pemeriksaan terhadap fungsi nafas, saraf pusat, sendi dan tulang karena memungkinkan terjadi infeksi pada organ-organ tersebut.
PENYEBAB
Human (alfa) herpesvirus 3 (V-Z virus), yang merupakan anggota dari herpes virus. Penyebaran virus ini melalui kontak langsung, penyebaran melalui udara, atau melalui plasenta.
PENATALAKSANAAN
Pasien harus diisolasikan dari orang lain, begitu juga untuk kebutuhan sehari-harinya. Pemberian obat-obatan untuk mengurangi gejala seperti gatal (antihistamin-difenhidramin), demam (parasetamol) diperlukan agar mengurangi tingkat berat penyakit. Pemberian obat antivirus berupa acyclovir per oral direkomendasikan dalam 48 jam awal pasien mengeluh gejala cacar air. Pemberian acyclovir per vena di rekomendasikan pada pasien dengan komplikasi berat, gangguan sistem imunitas dan bayi.
Pemberian varicella-zooster immuno globulin (VZIG) diberikan kurang dari 96 jam setelah terpapar, yaitu pada :
• Wanita dengan kehamilan
• Anak dengan gangguan sistem pertahanan tubuh
• Bayi baru lahir dengan ibu tertular varicella dalam 5 hari sebelum melahirkan atau 48 jam setelah melahirkan.
• Bayi prematur usia 28 minggu atau lebih muda dengan orangtua tanpa riwayat cacar air sebelumnya.
PROGNOSIS
Prognosis untuk penderita cacar air tanpa adanya komplikasi sangat baik. Pada penderita dengan infeksi paru angka kematian hingga 10% pada penderita tanpa gangguan sistem pertahanan tubuh, dan angka kematian hingga 30% pada penderita dengan gangguan sistem pertahanan tubuh.
PENDIDIKAN PASIEN
• Hindari penggunaan Aspirin saat menderita cacar air, karena akan menyebabkan Sindroma Reye.
• Minum sebanyak-banyaknya.
• Kuku tetap pendek dan pada anak kecil menggunakan sarung tangan agar tidak menggaruk.
• Penggunaan obat antigatal secukupnya
• Penderita cacar air harus menghindari dari ibu yang sedang hamil, bayi atau mereka dengan gangguan sistem pertahanan tubuh.
• Anak dengan cacar air boleh kembali ke sekolah atau berada di lingkungannya lagi apabila semua lesi di kulit sudah mengering.
• Keluarga harus memperhatikan dan segera membawa ke rumah sakit apabila ditemukan : lesi dengan infeksi, perubahan sikap anak, lesi pada mata, gangguan pernafasan pada anak, nyeri kepala yang hebat.