Referat Kedokteran: Penyakit Pertusis (Batuk Rejan)


Defenisi Pertusis

Pertusis (batuk rejan) disebut juga whooping cough, tussis quinta, violent cough, dan di Cina disebut batuk seratus hari. Sydenham yang pertama kali menggunakan istilah pertussis (batuk kuat) pada tahun 1670; istilah ini lebih disukai dari batuk rejan (whooping cough) karena kebanyakan individu yang terinfeksi tidak berteriak (whoop artinya berteriak).

 

Pertusis yang berarti batuk yang sangat berat atau batuk yang intensif, merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut yang dapat menyerang setiap orang yang rentan seperti anak yang belum diimunisasi atau orang dewasa dengan kekebalan yang menurun.

BACA:  Referat Kedokteran: Pencegahan Penyakit Pertusis (Batuk Rejan)

Pertusis masih merupakan penyebab terbesar kesakitan dan kematian pada anak, terutama di negara berkembang. WHO memperkirakan lebih kurang 600.000 kematian disebabkan pertussis setiap tahunnya terutama pada bayi yang tidak diimunisasi. Dengan kemajuan perkembangan antibiotik dan program imunisasi maka mortalitas dan morbiditas penyakit ini mulai menurun.

 

Insiden Dan Epidemiologi Pertusis

Pertusis merupakan salah satu penyakit yang paling menular yang dapat menimbulkan attack rate 80-100% pada penduduk yang rentan. Pertusis adalah penyakit endemik.

BACA:  Referat Kedokteran: Gejala Klinis dan Diagnosis Pertusis (Batuk Rejan)

Dalam satu keluarga infeksi cepat menjalar kepada anggota keluarga lainnya. Pertusis dapat mengenai semua golongan umur. Tidak ada kekebalan pasif dari ibu. Terbanyak terdapat pada umur 1-5 tahun, lebih banyak laki-laki daripada wanita. Umur penderita termuda ialah 16 hari.

Cara penularan ialah kontak dengan dengan penderita pertussis. imunisasi sangat mengurangi angka kejadian dan kematian yang disebabkan pertussis. oleh karena itu di negara dimna imunisasi belum merupakan prosedur rutin masih banyak didapatkan pertussis. imunitas setelah imunisasi tidak berlangsung lama.

BACA:  Referat Kedokteran: Pengobatan, Komplikasi dan Prognosis Pertusis (Batuk Rejan)

Dilaporkan terjadinya endemik pertussis diantara petugas rumah sakit yang sebelumnya telah mendapat imunisasi terhadap pertussis dan kemudian mendapat infeksi karena merawat penderita pertussis.

Antibodi dari ibu (transplasental) selama kehamilan tidaklah cukup untuk mencegah bayi baru lahir terhadap pertussis. Pertussis yang berat pada neonatus dapat ditemukan dari ibu dengan gejala pertussis ringan.

Kematian sangat menurun setelah diketahui bahwa dengan pengobatan eritromicin dapat menurunkan tingkat penularan pertussis karena biakan nasofaring akan negatif setelah 5 hari pengobatan.