Farmakokinetik dan Farmakodinamik Obat Antipsikotik


Farmakokinetik dan Farmakodinamik Obat AntipsikotikSebagaimana telah dijelaskan pada artikel sebelumnya, antipsikotik (neuroleptics) adalah kelompok obat-obatan psikoaktif umum tetapi tidak secara khusus digunakan untuk mengobati psikosis, yang ditandai oleh skizofrenia.

Obat antipsikotik memiliki beberapa sinonim antara lain neuroleptik dan transquilizer mayor.

 

Nah, pada kesempatan ini kita akan membahas seputar faktor farmakodinamik dan farmakokinetik obat-obat antipsikotik.

FARMAKOKINETIK OBAT ANTIPSIKOTIK

Sebagian besar antipsikotik tidak diabsorpsi secara lengkap setelah pemberian oral, walaupun preparat cair diabsorpsi dengan lebih efesien dibandingkan bentuk lain.

 

Banyak antipsikotik juga tersedia dalam bentuk parenteral yang dapat diberikan secara intramuscular dalam situasi gawat darurat, yang menyebabkan pencapaian konsentrasi terapeutik plasma yang lebih cepat dan lebih dapat dipercaya dibandingkan setelah pemberian peroral.

Pada umumnya semua fentiazin diabsorbsi dengan baik bila diberikan per oral maupun parenteral. Penyebaran luas ke semua jaringan dengan kadar tertinggi di paru-paru, hati, kelenjar suprarenal, dan limpa.

Sebagian fenotiazin mengalami hidroksilasi dan konyugai, sebagian lain diubah menjadi sufoksid yang kemudian diekskresi bersama feses dan urin. Setelah pemberian Chlorpromazine dosis besar, maka masih ditemukan ekskresi  Chlorpromazine atau metabolitnya selama 6-12 bulan.

Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma tercapai dalam waktu 206 jam sejak menelan obat, menetap sampai 72 jam dan masih dapat ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan kira-kira 1% dari dosis yang diberikan diekskresikan melalui empedu. Ekskresi haloperidol lambat melalui ginjal, kira-kira 4e0% obat dikeluarkan selama 5 hari sesudah pemberian dosis tunggal.

BACA:  Diagnosis dan Penatalaksanaan Pada Sindrom Hepatorenal

Risperidone diabsorpsi cepat setelah pemberian oral, mencapai kadar puncak kira-kira satu jam setelah pemberian, dan memiliki waktu paruh plasma kira-kira 24 jam. Kadar stabil remoxipride dicapai setelah kira-kira dua hari pemberian obat.

Klozapin diabsorbsi secara cepat dan sempurna pada pemberian per oral; kadar puncak plasma tercapai pada kira-kira 1,6 jam setelah pemberian obat. Klozapin secara ekstensif diikat protein plasma (>95%), obat ini dimetabolisme hampir sempurna sebelum diekskresi lewat urin dan tinja, dengan waktu paruh rata-rata 11,8 jam.

FARMAKODINAMIK OBAT ANTIPSIKOTIK

Chlorpromazine (Largactil) berefek farmakodinamik sangat luas. Largactil diambil dari kata large action. Efek pada Susunan Saraf Pusat, menimbulkan efek sedasi yang disertai sikap acuh tak acuh terhadap rangsang dari lingkungan. Pada pemakaian lama, dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi.

Timbulnya sedasi amat tergantung dari status emosional penderita sebelum minum obat. Klorpromazin berefek antpsikosis terlepas dari efek sedasinya. Reflex terkondisi yang diajarkan pada tikus hilang oleh Chlorpromazine. Pada manusia kepandaian pekerjaan tangan yang memerlukan kecekatan dan daya pemikiran berkurang.

BACA:  Diagnosis dan Penatalaksanaan Pada HEPATITIS VIRUS B

Aktivitas motorik diganggu antara lainterlihat sebagai efek kataleptik pada tikus. Chlorpromazine menimbulkan efek menenangkan pda hewan buas. Efek ini juga dimiliki oleh obat lain, misalnya barbiturate, narkotik, meprobamat, dan klordiazepoksid.

Berbeda dengan barbiturate, Chlorpromazine tidak dapat mencegah timbulnya konvulsi akibat rangang listrik maupun rangsang oleh obat. Semua derivate fenotiazin mempengaruhi ganglia basal, sehingga menimbulkan gejala parkinsonisme (efek ekstrapiramidal).

Chlorpromazinedapat mengurangi atau mencegah muntah yang disebabkan oleh rangsang pada chemoreceptor trigger zone. Muntah yang disebabkan oleh kelainan saluran cerna atau vestibuler, kurang dipengaruhi tetapi fenotiazin potensi tinggi dapat berguna untuk keadaan tersebut.

Fenotiazin yang terutama potensinya rendah menurunkan ambang bangkitan ehingga penggunaannya pada pasien epilepsy harus sangat berhati-hati. Derivate piperazin dapat digunakan secara aman pada penderita epilepsy bila dosis diberikan bertahap dan bersama antikonvulsan.

Efek pada otot rangka, Chlorpromazine dapat menimbulkan relaksasi otot skelet yang berada dalam keadaan spastic. Cara kerja relaksasi ini diduga bersifat sentral sebab sambungan saraf otot dan medulla spinalis tidak dipengaruhi Chlorpromazine.

Efek pada endokrin, Chlorpromazinemenghambat ovulasi dan menstruasi. Chlorpromazine juga menghambat sekresi ACTH. Efek terhadap system endokrin ini terjadi berdasarkan efeknya terhadap hipotalamus. Semua fenotiazin, kecuali klozapin menimbulkan hiperprolaktinemia lewat penghambatan efek entral dopamine.

Efek pada kardiovaskular, Chlorpromazine dapat menimbulkan hipotensi berdasarkan beberapa hal yaitu:

  1. Reflek presor yang penting untuk mempertahankan tekanan darah dihambat oleh  Chlorpromazine;
  2. Chlorpromazine berefek α-bloker; dan
  3. Chlorpromazinemenimbulkan efek inotropik negative pada jantung. Toleransi dapat timbul terhadap efek hipotensif Chlorpromazine.
BACA:  Askep Kardiomegali (Pembengkakan Jantung)

Efek fenotiazin piperazin dan butirofenon berbeda secara kuantitatif karena butirofenon selain menghambat efek dopamine juga menghambat turn overratenya. Efek pada susunan saraf pusat, haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang mengalami eksitasi.

Efek sedative haloperidol kurang kuat dibanding Chlorpromazine yakni memperlambat dan menghambat jumlah gelombang teta. Haloperidol dan  Chlorpromazine sama kuat menurunkan ambang rangsang konvusif. Haloperidol menghambat system dopamine dan hipotalamus. Juga menghambat muntah yang ditimbulkan oleh apomorfin.

Efek pada sistem saraf otonom, haloperidol memberikan efek yang lebih kecil terhadap sistem saraf otonom daripada efek antipsikotik lain. Walaupun demikian haloperidol dapat menyebabkan pandangan kabur (blurring of vision). Obat ini menghambat aktivasi reseptor α yang disebabkan oleh amin simpatomimetik, tetapi hambatannya tidak sekuat hambatan Chlorpromazine.

Efek pada sistem kardiovaskular dan respirasi, haloperidol menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering dan sehebat Chlorpromazine. Haloperidol menyebabkan takikardia meskipun kelainan EKG belum pernah dilaporkan. Klorpromazin atau haloperidol dapat menimbulkan potensiasi dengan obat penghambat respirasi.

Efek pada sistem endokrin, seperti Chlorpromazine, haloperidol menyebabkan galaktore dan repons endokrin lain.